
Oleh: Al-Fakir
1. Kisah dalam Al-Qur’an.
Ya’jūj dan Ma’jūj disebut dua kali dalam Al-Qur’an:
✅ QS. Al-Kahfi: 94-98
Kaum itu meminta Dzul-Qarnain membangun dinding besi dan tembaga untuk menghalangi Ya’jūj dan Ma’jūj agar tidak merusak bumi.
✅ QS. Al-Anbiyā’: 96-97
حَتَّىٰ إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُم مِّن كُلِّ حَدَبٍ يَنسِلُونَ
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’jūj dan Ma’jūj, mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.”
Ini menggambarkan dua fase:
1️⃣ Fase tertahan oleh dinding.
2️⃣ Fase dilepaskan di akhir zaman, menyebar ke seluruh dunia.
2. Hadits Nabi ﷺ
HR. Muslim: Nabi ﷺ bersabda bahwa Ya’jūj dan Ma’jūj terus menggerogoti dinding setiap hari, lalu Allah mengembalikannya, hingga saatnya Allah izinkan keluar.
HR. Bukhari & Muslim: Nabi ﷺ menggambarkan jumlah mereka sangat besar, seperti gelombang yang mengalir deras, menjadi tanda dekatnya kiamat.
3. Makna Semantik.
Kata “ينسلون” (yansilūn) → artinya keluar dengan cepat seperti banjir atau kawanan serangga.
→ semantik ini menggambarkan penyebaran masif, tak terbendung, dan merusak tatanan.
Kata “سدًّا” (saddan) → penghalang, dinding, benteng → bukan sekadar fisik, tapi bisa juga dimaknai sebagai batas peradaban, hukum, atau sistem yang menahan kerusakan.
4. Penafsiran Klasik
Sebagian ulama tafsir (Ibn Katsir, Al-Qurthubi) memahami Ya’jūj dan Ma’jūj sebagai kaum manusia dari keturunan Nabi Nuh, suku yang liar, merusak, dan jumlahnya sangat besar.
Mereka tertahan oleh dinding Dzul-Qarnain, tapi menjelang kiamat akan keluar sebagai tanda huru-hara besar dunia.
5. Relevansi dengan Zaman Sekarang
Ketika dikaitkan dengan keadaan dunia modern:
1️⃣ Makna harfiah (fisis)
Bisa jadi memang ada kaum atau bangsa yang Allah takdirkan muncul di akhir zaman.
Kita tidak bisa memastikan lokasi fisiknya, karena rahasia Allah.
2️⃣ Makna majazi (simbolik)
Ya’jūj dan Ma’jūj dapat dipahami sebagai fenomena manusia modern:
Jumlah manusia yang sangat banyak (populasi global meningkat drastis).
Pergerakan cepat melintasi dunia (transportasi, migrasi, globalisasi).
Merusak bumi (eksploitasi alam, perang, teknologi destruktif).
3️⃣ Peradaban tanpa kendali
Dulu ada “tembok” berupa nilai agama, moral, dan aturan ilahi yang menahan kerusakan.
Kini, ketika tembok itu “runtuh”, manusia bebas menyebar dengan ideologi, teknologi, dan nafsu tanpa batas.
4️⃣ Fenomena media & teknologi
Gelombang Ya’jūj dan Ma’jūj bisa dianalogikan dengan banjir informasi & budaya yang menyebar cepat dan merusak tatanan moral.
“Mereka turun dari setiap tempat yang tinggi” → bisa dianalogikan dengan dominasi global, media satelit, internet, dan penguasaan puncak peradaban.
6. Hikmah dan Faidah untuk Kita
Peringatan tentang kelemahan manusia → sehebat apapun peradaban, jika tanpa iman, akan runtuh dan merusak bumi.
Kekuatan iman sebagai benteng → benteng Dzul-Qarnain adalah simbol perlindungan iman, syariat, dan tatanan ilahi.
Kedekatan kiamat → keluarnya Ya’jūj dan Ma’jūj adalah tanda besar kiamat.
Waspada terhadap “Ya’jūj-Ma’jūj modern” → ideologi sesat, peradaban materialistis, kerusakan moral, dan keserakahan global.
Tugas Muslim → menjaga iman, menegakkan nilai Qur’an, dan menyiapkan diri menghadapi zaman fitnah.
📌 Kesimpulan
Ya’jūj dan Ma’jūj adalah realitas nyata (bangsa manusia yang akan keluar di akhir zaman), sekaligus simbol kerusakan global yang Allah singgung dalam Al-Qur’an.
Zaman sekarang memperlihatkan tanda-tandanya: jumlah manusia yang membeludak, pergerakan global cepat, kerusakan bumi, runtuhnya batas moral dan agama.
Hikmah bagi kita: memperkuat syahadat, iman, dan amal, agar tidak hanyut dalam arus “Ya’jūj-Ma’jūj modern”. (Wallahu A’lam bish Shawwab).
Disadur dari ust. Firman Afifudin, dalam acara Majelis Ilmu, Suka Qur’an Sukamiskin.