By: Hermawansyah

GURU
By: Hermawansyah

Apa yang kita maknai dari peringatan Hari Guru  sekarang? Apakah cukup hanya untuk mengenang para guru yang telah berjasa dalam hidup kita? Bahwa siapapun tidak mungkin seperti sekarang ini tanpa peran & tangan dingin guru saat mendidik murid-muridnya, termasuk kita semua. 

 

Guru adalah pemandu & penunjuk jalan bagi muridnya. Murid yg mendengarkan pelajaran & nasehat dari gurunya, pasti tau mana yang boleh/tidak dilakukan. Mengerti batas prinsip, nilai & etika yg tidak boleh dilanggar. Sebab jika batas itu dilanggar, tentu akan ada konsekuensi & resiko yg akan ditanggung. Begitu juga sebaliknya, murid yg baik ketika sukses, pasti akan mencari gurunya. 

 

Interaksi murid & guru prakteknya adalah proses transformasi. Karena itu, sistem pendidikan yg baik akan melahirkan produk alumni yang handal, tangguh & terampil. Karena sistem pendidikan sejatinya adalah ruang yang memfasilitasi berlangsungnya interaksi guru & murid dalam proses transformasi. Lalu, bagaimana sistem pendidikan dulu & kini? Jika kita sandarkan pada kondisi faktual klaster generasi hari ini sabagai produk dari sistem pendidikan yg berlaku. Apakah kita yakin bahwa generasi mendatang, dengan sistem pendidikan hari ini, mampu menjadi generasi yang akan memenangkan tantangan zamannya kelak? 

 

Transformasi prinsip, nilai & etik dari guru ke murid, tidak hanya dilakukan atau menjadi tanggung jawab guru di sekolah/kampus/pesantren? Sebab di rumah, orang tua juga merupakan guru yg sehari-hari berinteraksi dengan anaknya selaku murid dalam ‘sekolah kehidupan’. Karenanya, jangan negasikan peran orang tua selaku guru sejati bagi murid-muridnya. 

 

Beruntunglah bagi siapapun yang pernah merasa dididik orangtuanya sebagai guru kehidupan. Sebagai anak seorang guru, saya kebetulan beruntung dapat pelajaran kehidupan di rumah langsung. Ayah saya dulu alumni Kursus Pendidikan Guru (KPG) & kemudian bertugas sebagai Guru SD di beberapa kampung hingga kemudian menikah. Setelah punya anak 3, beliau ikut tugas belajar di FKIP Untan. Lama menyandang gelar sarjana muda (BA) karena dipindahkan ke struktural di Dinas P&K. Baru beberapa tahun kemudian menamatkan sarjananya (Drs). Setamat dari Untan, beliau mestinya kembali mengajar di Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Namun karena ditutup Pemerintah, hingga pensiun ayah saya mengabdi di Dinas P&K kantor penghubung Sungai Pinyuh. 

 

Disela-sela tugasnya sebagai PNS, beliau tetap menjalankan ‘khittahnya’ sebagai seorang guru. Bersama sahabat-sahabatnya, beliau pernah ikut mendirikan Sekolah Menengah Islam Pertama (SMIP), setingkat SMP. Kemudian mendirikan yayasan & menjadi Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Riyadhul Ulum. Alhamdulillah putra sahabatnya Alm Ust.Kamaruddin yang sekarang meneruskan mengelola lembaga pendidikan tersebut. Begitu juga saat SMA Negeri Sungai Pinyuh masih dalam status SMA PGRI, beliau sempat menjadi Wakil Kepala Sekolah yg ikut mengawal proses ‘menegerikannya’. 

 

Sebagai seorang PNS & Guru, tentu kami bukanlah keluarga yang mapan. Menghidupi keluarga untuk standar saat itu cukuplah. Bukan fasilitas hidup yang diberikan beliau, namun pelajaran hidup untuk anak2nya. InsyaAllah amal soleh yg ditinggalkan beliau mendapat ganjaran setimpal dari Allah SWT. Dan semoga kami anak-anaknya dapat terus mengamalkan ilmu & tauladan kehidupan yg telah diajarkannya. Aamin YRA..

 

SELAMAT HARI GURU

 

#OrangtuaGuruKehidupan

#AyahkuGuruku 

#SekolahKehidupan

#NgajiPeradaban