PETA
Oleh; Hermawansyah
Menyebut peta, kita akan terbayang hamparan informasi wilayah lengkap dengan atribusi keadaan empiriknya. Semua tersaji menjadi informasi faktual.
Bagi pengambil kebijakan misalnya, akan punya basis data untuk merencanakan pembangunan sebuah kawasan. Begitu pula pihak-pihak lain yang berkepentingan atas informasi spasial itu. Apalagi jika informasi kewilayahan tersebut dilengkapi dengan data demografi, potensi, dst. Pastilah valid basis data yang dimiliki terkait peta lapangan. Namun, peta lapangan akan semakin detail jika ditambah dengan potret ‘peta aktor’ dalam interaksi ekonomi-politik & sosial-kebudayaan.
Analisis aktor akan menggambarkan ‘relasi kepentingan’ antar aktor. Termasuk narasi & agenda apa saja yang sedang dikontestasikan?
Dalam dunia ‘scientific’ biasanya digunakan SNA (social network analysis) untuk memotret peta ‘derajat sentralitas’ aktor atas urusan dan/atau isu-isu tertentu.
Metode ini akan memperkuat akurasi kesimpulan atas bacaan faktual. Jika menyangkut soal kebijakan publik, melalui SNA kita dapat mengurai peta kebijakannya. Apatah lagi jika peta kebijakan itu diperkuat dengan analisis komparatif peta gagasannya. Tentulah kesimpulan yang diambil semakin komprehensif. Sehingga pada akhirnya kita akan mendapatkan ‘peta peradaban’ secara utuh.
Dengan demikian, ‘rumus’ sederhananya dapat diformulasikan menjadi: peta wilayah + peta aktor + peta lapangan + peta kebijakan + peta gagasan = peta peradaban.
Semoga bermanfaat..🙏😊
#SekolahKehidupan
#NgajiPeradaban
Terima kasih formula rumusnya. Sederhana tapi 👍🏻