Komoditas daging babi mengalami kelangkaan akibat wabah African Swine Fever (ASF) yang terjadi di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat sejak tahun 2019. Hal ini memberikan dampak pada lonjakan harga yang tinggi hingga mencapai 150-160 ribu rupiah per kilogram, yang pada normalnya harga daging babi hanya berkisar 60-80 ribu rupiah per kilogram. Kelangkaan daging babi membuat Kabupaten Sintang harus memasok kebutuhan daging dari Kota/Kabupaten lain seperti Bali, Singkawang, dan Pontianak. Tercatat sebanyak 44,321 ekor ternak mati akibat wabah ASF di wilayah Kalimantan Barat sejak 2021 hingga 2023.
Sejak Februari 2024, melalui dukungan program USAID SEGAR, SIS melakukan asesmen terhadap kondisi eksisting peternakan babi di lima desa di Kecamatan Tempunak, yaitu Desa Gurung Mali, Sungai Buluh, Pekulai Bersatu, Benua Kencana, dan Riam Batu. Asesmen ini dilakukan untuk merumuskan dan menyusun suatu rencana aksi yang dapat mendukung perbaikan rantai pasok daging babi di Kabupaten Sintang, serta mendorong adanya sumber ekonomi alternatif lain yang dapat diandalkan oleh masyarakat. Kolaborasi ini juga bertujuan untuk mendorong perbaikan sistem peternakan babi yang tradisional ke yang lebih baik agar menjadi resilien terhadap ancaman wabah dan penyakit, memperkuat peran kelompok perempuan, kelompok pemuda, kelompok minoritas, dan mendukung keberlanjutan sumber daya alam dengan meminimalisasi pemanfaatan hutan dan lahan sebagai sumber penghidupan masyarakat di desa.
Asesmen dilakukan dengan metode wawancara kepada 61 orang peternak dan kunjungan langsung ke setiap kandang ternak untuk melihat sistem perkandangan yang diterapkan, mekanisme pengelolaan peternakan, jumlah ternak yang dimiliki, tantangan maupun hambatan yang dihadapi oleh para peternak, dan informasi penunjang lainnya yang dapat berkontribusi pada penyusunan rencana aksi. Hasil asesmen ini kemudian disusun kedalam rencana aksi peternakan babi yang dapat diimplementasikan oleh masyarakat desa yang difasilitasi oleh SIS dalam program USAID SEGAR.