Berapa tahun belakangan ini, Kabupaten Sintang tengah dilanda African Swine Fever (ASF) yang menyebabkan berkurangnya jumlah populasi babi di Kabupaten Sintang secara drastis. Wabah ini berdampak pada menurunnya produksi babi di peternakan-peternakan milik warga sehingga tingkat ketersedian babi saat ini tidak mampu memenuhi permintaan pasar. Tidak sedikit, kami temukan peternak-peternak babi yang ada di desa bangkrut akibat babi peliharaannya mati karena terserang ASF dan mengalami kerugian yang besar. Karena itulah warga masih trauma untuk kembali berternak babi.
Wabah ASF yang terjadi saat ini memang belum ditemukan obatnya, akan tetapi masih dapat dicegah dengan manajemen peternakan yang baik. Untuk itu Swandiri Inisiatif Sintang (SIS), dalam program pelatihan untuk masyarakat adat tentang pengelolaan dan produksi peternakan babi di 2 desa yang didukung oleh USAID SEGAR mencoba untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat peternak babi di Desa Gurung Mali dan Pekulai Bersatu.
Kegiatan yang SIS lakukan di 2 desa ini melibatkan Distanbun Kabupaten Sintang Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagai ahli yang melatih masyarakat peternak babi di Desa Gurung Mali dan Pekulai Bersatu. Ibu Eka Dahliana, sebagai Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Distanbun Sintang langsung ikut serta dalam memberikan pelatihan dan memantau langsung kondisi peternakan babi yang ada di 2 desa tersebut.
Adapun materi pelatihan yang diberikan kepada masyarakat peternak babi adalah faktor-faktor penentu budidaya ternak babi yang meliputi manajamen pembibitan, manajemen perkandangan, dan manajemen pakan yang diberikan oleh Chelso Javario selaku Tim Penyuluh Pertenakan Distanbun Kabupaten Sintang. Selanjutnya, ada materi manajemen produksi ternak babi yang meliputi manajemen kesehatan, manajemen produksi, dan pasca panen yang disampaikan oleh Kristoforus Steven Galarana yang juga merupakan Tim Penyuluh Peternakan Distanbun Kabupaten Sintang.
Masyarakat di kedua desa sangat antusias dengan materi-materi yang diberikan oleh tim penyuluh peternakan dari Distanbun Sintang. Ditambah lagi, ibu Eka Dahliana sangat pandai dalam memotivasi masyarakat untuk terus giat beternak babi. Sehingga dari pelatihan-pelatihan ini, timbulah inisiatif masyarakat di 2 desa tersebut untuk membentuk kelompok peternak babi dalam upaya meningkatkan kapasitas, pengetahuan, serta jaringan untuk pemasaran hasil produksi peternakan babi.