Perempuan dan anak-anak secara fisik pada dasarnya sama, yaitu sama-sama dijajaran kaum yang lemah. Namun, mengapa kaum perempuan dewasa yang belum menikah dan pasca menikah, kerap mengalami kekerasan dalam hidupnya?

Kekerasan yang mereka alami bukan cuma berbentuk fisik, tetapi juga berupa tekanan batin, kadang pula kecurangan dan pembodohan secara langsung maupun tidak langsung dari pasangannya.

Di kantor / tempat kerja pun masih terjadi diskriminasi pada perempuan, di mana tugas, gaji dan fasilitas yang diberikan berbeda dengan karyawan laki-laki meski punya jenjang pendidikan dan skill sama.

Belum lagi resiko mendapat penghinaan / pelecehan seksual dari kaum pria terhadap perempuan di tempat-tempat umum baik secara verbal maupun non verbal.

Pada banyak kasus, kekerasan fisik yang dialami kaum perempuan sering tidak mendapat solusi atau penyelesaian yang baik dan adil buat mereka. Karena apa? karena kaum perempuan sendiri tidak segera bereaksi maupun mengambil tindakan tegas atas kekerasan yang mereka alami.

Banyak alasan konyol yang membuat mereka enggan membalas kembali tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasangannya, meski sebatas melaporkannya pada polisi. Diantara alasan tersebut adalah: karena rasa cinta yang membabi buta, masih berharap suatu saat pasangan akan berubah, tidak mau ambil resiko keluarga berantakan, dan masih banyak lagi.

Hingga pada akhirnya, jika kekerasan fisik yang dilakukan kaum pria pengecut itu menghasilkan resiko yang fatal (perempuan sampai tewas), maka mereka para lelaki akan dengan mudah mengeluarkan alasan pemakluman, karena khilaf…

KBRN, Sintang: kasus kekerasan terhadap perempuan di Kabupaten Sintang berdasarkan data tahun 2022, telah terjadi pada dua puluh orang dan pada anak ada dua puluh dua kasus yang dilayani di Polres Sintang, sehingga jumlah keseluruhan sebanyak 42 kasus dengan pendampingan psikolog dan pekerja sosial dari Dinas Sosial kabupaten Sintang.

Sedangkan tahun 2023 ini sampai dengan Juni 2023  telah dilayani 23 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak oleh Dinas keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak Kabupaten Sintang.

Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi di Kabupaten Sintang seperti fenomena gunung es yakni sedikit yang Nampak di permukaan, masih banyak yang tidak dilaporkan karena ini masih dianggap tabu dan memalukan.

Ayo lah, perempuan-perempuan yang pernah maupun sedang mengalami tindak kekerasan dari pasangan, segera bangkit dan sadarkan diri. Jangan biarkan tangan kekar dan tenaga besar kaum pria membuat fisik anda babak belur karena jadi samsak sia-sia.

Bertindaklah segera begitu mendapat kekerasan dari pasangan. Tentu saja tidak perlu membalas dengan kekuatan fisik pula, tetapi minimal, melaporkannya ke pihak yang berwajib. Ingat! reaksi sekecil apapun, akan sangat berguna agar kekerasan yang terjadi tidak berulang.

Sepertinya pendapat unik dari beberapa kalangan penggerak HAM di Amerika ada benarnya juga. Pendapat mereka adalah seperti berikut ini:

  1. Jika dirimu pertama kali mendapat kekerasan fisik dari pasangan, jelas yang bersalah adalah pasanganmu.
  2. Jika kekerasan fisik kamu terima untuk ke-2 kali, ke-3 sampai seterusnya…maka yang salah adalah dirimu sendiri! karena tidak melakukan tindakan apapun (melaporkannya ke pihak yang berwajib).

Satu hal lagi yang perlu jadi pertimbangan mendasar dalam mencari pria yang baik untuk dijadikan pasangan yaitu seorang pria yang baik selalu menghargai, menyayangi dan melindungi kaum yang lebih lemah dari dirinya. Bukan pria pengecut, yang hanya mahir menyalurkan energinya kepada hal-hal yang tidak kreatif dan produktif seperti melakukan kekerasan fisik maupun non fisik pada perempuan.

Sayangi dan hargai diri kita sendiri, niscaya kaum pria akan melakukan hal yang sama.

Lagipula, selain kewajiban, kita pun (kaum perempuan) punya hak yang sama dengan kaum pria. Jadi, jika ada beberapa hak kita yang coba dihilangkan, berjuanglah untuk mendapatkannya.

Adanya perilaku perempuan yang cenderung kasar dan emosional, itu biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor juga, yaitu latar belakang keluarga, lingkungan, pendidikan serta faktor tekanan ekonomi.

Pokoknya rasa terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya akan diberikan untuk kaum pria yang konsisten menjauhi segala bentuk kekerasan pada kaum perempuan demi meminimalisir kasus-kasus kekerasan yang mungkin akan terus terjadi.

 

Penulis : Wellyanita (Aktivis SIS)