Kick off kegiatan RCN di kabupaten Sintang dilakukan dengan Diskusi ketahanan bencana skala desa di desa Tebing Raya Kecamatan Sintang, dan Disksui Para pihak untuk merumuskan katahanan kota sintang dalam kebencanaan melalui perspektif hubungan kota dan Sungai.
River Cities Network (RCN) yang merupakan inisiasi para individu dari jejaring diseluruh dunia yang berfokus kepada pengelolaan dan penelitian sungai di 40 jaringan sungai kota di seluruh dunia merupakan inisiatif lokal untuk melakukan penelitian aksi mengenai hubungan timbal balik antara Sintang dan Sungai Kapuas. Swandiri Inisiatif Sintang (SIS) dan Akademisi Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Fakultas Teknik Universitas Tanjung Pura menjadi bagian dari inisiatif RCN untuk Kabuaten Sintang. Dalam konteksny, ketertarikan pada sistem sungai di wilayah Kabupaten Sintang ini karena melihat terjadinya bencana banjir pada 2021.
Untuk Memperkuat untuk hubungan timbal balik antara badan air, ekosistemnya, dan pemukiman manusia di sekitarnya memerlukan basis perencanaan dan proses teknokratik dan peran Masyarakat sehingga mampu melihat ancaman dari kebencanaan di masa depan dengan meletakkan basis managemen krisis yang tepat.
Hubungan antara kota Sintang dan Sungai Kapuas memberikan sebuah lensa yang dapat digunakan untuk menganalisis secara kritis hubungan antara masyarkat Sintang dan Sungai Kapuas. Hasil dari inisiatif ini juga akan berpuncak pada skema lokal berbasis pengetahuan, yang akan menghasilkan wawasan baru tentang bagaimana mengintegrasikan ketahanan transformasional pada kebencanaan serta dokumen terkait kebencanaan.
Saat ini, hubungan sungai-kota di banyak tempat berada pada titik puncaknya, yang mencerminkan banyak tantangan yang ditimbulkan oleh Fragmentasi, pengalihan, penambangan dan di banyak sungai yang berdampak bagi kehidupan masyarakat di sekitar sungai yang membahayakan ketahanan pangan, mata pencaharian, dan tradisi budaya komunitas lokal.
Sudah menjadi budaya di Kalimantan Barat, bahwa awal kota-kota dibangun berada di tepi sungai dan kemudian akan terancam banjir. Saat ini sudah terjadi degradasi sungai oleh intervensi manusia dan tekanan kepentingan dari bertambahnya populasi dan kebutuhan hidup yang akibatnya terhadap penurunan kualitas air, perubahan bentuk sungai, pendangkalan sungai, bahkan pengurangan jumlah DAS. Perubahan iklim yang diakibatkan oleh La Nina memperburuk situasi yang ada dengan curah hujan yang tinggi pada akhirnya menyebabkan luapan air melebih kapasitas daya tampung dan daya serap sungai dan daerah serapan yang telah terdegradasi, sehingga mitigasi terhadap banjir diperlukan dan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan oleh para pihak.
Dalam upaya melakukan mitigasi bisa diterapkan dengan menyediakan Early Warning system dan data dalam bentuk peta analisis 30 sub-DAS penyebab banjir di kabupaten Sintang. yang kemudian perlu menyiapkan dan memikirkan langkah pengembangan adaptasi serta upaya yang akan dilakukan di masa depan dengan menyiapkan peta banjir dan peta dataran tinggi sebagai skenario kota satelit baru dengan melibatkan seluruh elemen pemerintahan masyarakat yang ada di Kabupaten sintang.
Kesadaraan akan kemungkinan terjadi bencana harus muncul melalui peningkatan kapabilitas dan kapasitas penanggulangan bencana masyarakat dan pemangku kebijakan, ketahanan kota berkelanjutan, pelibatan kekuatan parapihak, budaya sadar bencana dan kemampuan mitigasi, tanggap bencana, dan adaptasi. sehingga pemerintah dan masyarakat memiliki rumusan kebijakan tetnang sense of crisis management dan resilence dalam menghadapi kebencanaan di masa yang akan datang.