Tiga tahun sebelumnya, Swandiri Inisiatif Sintang (SIS) melalui dukungan USAID MADANI mengelola isu tematik pemetaan dan perencanan tata ruang Desa berbasis sumber daya alam melalui pengembangan Desain Model Pemetaan Batas Desa di dua desa Pilot Project yakni desa Tebing Raya dan desa Merti guna, Kecamatan Sintang. Selain memfasilitasi proses penegasan batas desa di dua desa tersebut, proyek juga mengasistensi desa untuk merancang rencana tata ruang desa. Desa Tebing Raya mengidentfikasi ancaman sebaran banjir dalam rencana tataruang mereka, sedangkan Desa Mertiguna mengidentifikasi potensi pemanfaatan danau bekas tambang yang berada di dalam wilayah mereka. Pemetaan tata guna lahan di desa Tebing Raya memuat informasi tentang zona rawan banjir didalam desa.
Melalui dukungan informasi tentang zona rawan banjir di desa Tebing Raya yang dihasilkan dari dukungan proyek sebelumnya, kemudian SIS bersama Tim Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), Fakultas TekniK Universitas Tanjungpura serta Tim River Cities Network (RCN) Kapuas-Sintang Nexus melaksanakan diskusi Penguatan ketahanan Masyarakat Kampung Kota melalui proses Produksi pengetahuan Masyarakat (Community Knowledge) dalam menghadapi ancaman bencana pada 2 Mei 2024 di Balai Desa Tebing Raya. Kegiatan kolaborasi ini mendokumentasikan pengetahuan-pengetahuan lokal yang dapat digunakan sebagai basis ketahanan masyarakat dalam adaptasi dan mitigasi bencana iklim skala desa, khususnya bencana banjir yang sering terjadi di Desa Tebing Raya. Diskusi bertujuan untuk menguatkan peran dan kemandirian masyarakat desa dalam mengorganisir dirinya sendiri untuk menghadapi bencana banjir yang semakin intens terjadi. Kolaborasi antara tim Prodi PWK, RCN, dan SIS merupakan inisiatif awal untuk membangun kesadaran kolektif skala desa terkait ketahanan kebencanaan.
Pada periode Oktober hingga November 2021, hujan ekstrim yang berlangsung beberapa minggu menyebabkan banjir di Sintang. Kota dan sekitarnya terendam banjir terburuk dalam 58 tahun. Menurut laporan BPBD, lebih dari 112.000 orang terdampak oleh peristiwa banjir ini dan terpaksa mengungsi selama berbulan-bulan. Salah satu wilayah yang terdampak banjir cukup parah di Kecamatan Sintang adalah Desa Tebing Raya. Tebing Raya adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang, dan merupakan desa hasil pemekaran dari desa Mungguk Bantok berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 10 Tahun 2011. Desa Tebing Raya merupakan salah satu daerah langganan banjir di wilayah Kecamatan Sintang. Per tahun 2022, total ada 154 KK di Desa Tebing Raya, dan dari jumlah tersebut hanya sekitar 10 KK yang tidak terdampak banjir. Selain permukiman, banjir juga merendam sebagian besar ruas jalan desa yang memutus jalur darat dari desa ke wilayah lain.
Melihat tren peristiwa banjir di Desa Tebing Raya pada Tahun 1963, 2008, 2010, 2016, 2021, 2022 dan 2023. Banjir menyebabkan kerugian seperti masyarakat tidak bisa memanen buah, ladang padi hancur, sekolah di liburkan, pengeluaran menjadi berlipat kali lebih besar pada transportasi, petani tidak bisa bekerja, dan warga desa diserang penyakit selama banjir.
Melalui diskusi, upaya skala desa yang bisa dilakukan untuk beradaptasi dengan banjir antara lain membuat rumah atau bangunan yang lebih tinggi dari batas banjir, membuat lanting sebagai fasilitas umum penampung bantuan dan penanganan bencana, mempunyai transport air atau sampan bagi warga yang berada di zona banjir paling parah, mempunyai gengset sebagai sumber listrik dalam keadaan darurat serta memanfaatkan aula Desa untuk dibuat tanki air bersih ,dan membuat panggung lebar di aula desa yang berguna untuk evakuasi barang-barang dan harta berharga selama banjir. Selain itu desa juga dapat memanfaatkan program CSR dari perusahaan sekitar untuk dianggarkan mendukung rencana menghadapi bencana banjir. Peta sebaran banjir yang telah dirumuskan sebelumnya menjadi rujukan penting bagi desa untuk menyusun rencana ketahanan menghadapi banjir skala desa.
Desa Tebing Raya merupakan salah satu desa yang paling rentan terhadap bencana banjir, dan melihat pengalaman yang sudah ada, maka perlunya kesadaran, kolaborasi, adaptasi dan kemandirian Masyarakat dalam mengorganisir dirinya sendiri dalam menghadapi ancaman bencana banjir dengan mengandalkan upaya-upaya skala desa.