Pada hari Selasa, 16 Juli 2024, bertempat di Hotel Royal Kuningan Jakarta, Swandiri Inisiatif Sintang (SIS) bersama mitra kerja USAID SEGAR dari Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur berpartisipasi dalam kegiatan Bussines Matchmaking. Kegiatan yang diselenggarakan oleh USAID SEGAR ini bertujuan untuk mempertemukan mitra kerja di dua provinsi tersebut dengan para calon investor potensial di bidang industri perkebunan kelapa sawit serta ecoprenuer di sektor lingkungan hidup. Hadir sekaligus membuka acara ini Mark Newton selaku Wakil Direktur Kantor Lingkungan Hidup USAID Indonesia dengan didampingi oleh Peter Doyle selaku Chief of Party (COP) USAID SEGAR. Business Matchmaking yang mengusung tema Unlocking Collaborative Opportunities: Partnering with Social Forestry Groups in West Kalimantan and East Kalimantan for Ecosystem Restoration and Biodiversity Conservation ini menghadirkan dua entitas perusahaan di bidang perkebunan kelapa sawit serta 16 entitas pebisnis yang bergerak di bidang lingkungan (ecopreneur).
Bertindak sebagai fasilitator pada kegiatan ini adalah Ecoxyztem, perusahaan start up yang bergerak di bidang venture builder, yang bertanggung jawab untuk menyelaraskan seluruh rangkaian kegiatan. Untuk mengarahkan fokus diskusinya, agenda Business Matchmaking ini dibagi menjadi 2 sesi. Sesi pagi khusus diperuntukkan bagi perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan sawit, sementara sesi siang untuk perusahaan-perusahaan di bidang ecopreneur. Pada tiap sesi, masing-masing perwakilan dari entitas perusahaan yang hadir diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan mitra kerja USAID SEGAR sebagai representasi dari kelompok pengelola perhutanan sosial terpilih, guna menjajaki berbagai peluang kerjasama yang mungkin disepakati.
Melalui sambutan pembukanya, Mark Newton menyampaikan bahwa kerjasama USAID SEGAR dengan kelompok pengelola perhutanan sosial dapat menjadi solusi bagi kesulitan perusahaan perkebunan sawit dalam menemukan lokasi yang cocok untuk pengelolaan skema RaCP (Remediation and Compensation Procedure). Di sisi lain, USAID SEGAR juga bekerja sama dengan kelompok perhutanan sosial yang kesulitan membiayai kegiatan konservasinya. Untuk memfasilitasi kedua tantangan tersebut, USAID SEGAR menyelenggarakan acara Business Matchmaking untuk menghubungkan perusahaan pengelola dengan kelompok perhutanan sosial terpilih, khususnya di wilayah kerja USAID SEGAR di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
“Perhutanan Sosial memiliki kecocokan menjadi lokasi pelaksanaan RaCP terutama karena adanya kelompok dengan kepastian hak pengelolaan yang panjang, yaitu 35 tahun. Dengan dukungan penuh pemerintah, dan pada umumnya juga membutuhkan dukungan teknis dan finansial dalam mengelola hutan yang menjadi tanggung jawab. Business Matching event hari ini ditujukan untuk memfasilitasi pertemuan kepentingan perusahaan dan kelompok pengelola perhutanan sosial tersebut. Diharapkan dari pertemuan ini akan ada kerjasama yang terbangun. USAID SEGAR sangat terbuka untuk mendukung setiap kerjasama yang nantinya akan terbangun baik dalam proses penjajakan maupun pelaksanaan kesepakatan kerjasama tersebut. Semoga semua pihak bisa mendapatkan mitra bisnis yang mereka inginkan, ada banyak kesempatan,” ungkap Mark.
Selanjutnya, pada paparan pengantar diskusi untuk sesi kedua, M. Hermayani Putera selaku Site Manager Kalimantan Barat USAID SEGAR mengungkapkan bahwa perhutanan sosial (PS) memiliki arti penting, terutama dalam upaya mendukung komitmen pemerintah yang telah memberikan kesempatan, peluang, akses dan kontrol kepada masyarakat untuk berperan langsung dalam mengelola sumber daya hutan.
“Terutama 2 aspek yang terakhir, akses dan kontrol, yang selama ini diperjuangkan oleh penggiat masyarakat adat dan kawan-kawan masyarakat sipil. Alhamdulilah, seiring berjalannya waktu, ruang itu diberikan. Akan tetapi kita juga berhadapan dengan kondisi masyarakat yang masih sangat terbatas kapasitas, kemampuan manajerial, atau pengetahuan dalam mengelola PS. Untuk itu, diperlukan kehadiran teman-teman pendamping”, tutur M. Hermayani Putera.
Mengacu data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hingga periode April 2024 di Provinsi Kalimantan Timur terdapat 142 izin PS yang sudah dikeluarkan oleh KLHK, dengan total luas mencapai hampir 300 ribu hektar. Sementara di Provinsi Kalimantan Barat, untuk periode waktu yang sama, terdapat 247 ijin PS yang sudah dikeluarkan, dengan total luas sekitar 613 ribu hektar. “Kedua provinsi ini sangat banyak izin perhutanan sosial dikeluarkan, tetapi tantangannya masih perlu didampingi. Kita berharap melalui kegiatan bussines matching ini, semoga terjadi tukar menukar informasi, cerita, pengalaman dari kawan-kawan pendamping PS di tingkat tapak di Kaltim dan Kalbar. Dan sebaliknya, kita juga ingin mendengar ketertarikan lebih spesifik dari Bapak dan Ibu yang hadir pada hari ini, yang mungkin punya rencana juga untuk ikut mengelola kawasan hutan yang ada di tingkat tapak dan isu-isu lingkungan yang lain,” tutupnya.