
Tradisi masyarakat
feodal (sebelum republik) dalam mengelola tanah dan air jauh lebih
berkemanusiaan dibandingkan tradisi masyarakat 20 tahun terakhir. Masyarakat di
zaman sekarang sangat tak beradab. Mereka menebang hutan untuk memenuhi
kebutuhan pasar, bukan untuk memenuhi kebutuhan manusia disekitarnya.
Perut pasar tak
terbatas. Perutnya dan mulutnya sangat besar. Pohon besar dihutan habis
dibabat, hewan-hewan tak berumah, tumbuhan kecil punah. Semua ditelan habis
untuk memenuhi permintaan pasar di luar negeri.
Setelah pohon besar
habis dibabat, pohon kecil di babat juga. Gundul bersih. Tak ada yang tersisa.
Bekas hutan itu ditanami sawit.
Dalih menyerap tenaga
kerja. Padahal tak seberapa. Sementara yang tak bisa makan lagi dari hasil
hutan tak terkira.
Dalih membangun ekonomi
negara, sementara ekonomi anak negeri terhuyung-huyung tak berdaya.
Musim kemarau, lahan
dibakar, asap di mana-mana. Jutaan warga menderita. Musim penghujan, rumah dan
sawah terendam banjir. Ratusan ribu jiwa sengsara.
Dulu, masyarakat
feodal, para bangsawan membuka lahan secukupnya, lahan itu digarap dengan
masyarakat menjadi sawah dan ladang. Hasilnya untuk mencukupi kebutuhan
karbohidrat bersama-sama. Protein dan vitamin (daging dan buah-buahan) tinggal
ambil di hutan, sungai dan lautan. Ga perlu beli.
Rumah dibuat dari kayu
yang diambil secukupnya dari hutan. Usia rumah bisa ratusan tahun sehingga
anakan pohon yang sudah ditebang sudah besar menjulang.
Emas dan intan didulang
dan dijadikan perhiasan, cinderamata, atau dipertukarkan dengan barang-barang
dari negeri seberang. Secukupnya aja. Tidak berlebihan.
Masyarakat bahagia
sejahtera. Ditandai dengan kemampuan mereka berkesenian menggunakan papan,
kayu, kulit kayu, juga kapas yang dipintal. Indah rupawan hasilnya.
Bangsa Belanda dan
Jepang datang, masyarakat tertekan, tapi masih bisa makan. Sebab hutan, laut
dan sungai masih rindang.
Belanda dan jepang
hengkang, berganti revolusi kemerdekaan, disepakati bikin negara berbentuk
republik. Akhirnya kesultanan bubar, masyarakat feodal hilang.
Seiring dengan itu,
hilang pula tanah dan hutan. Tubuh masyarakat dijejali dengan asap beracun,
banjir yang berulang dan pembodohan-pembodohan yang berkelanjutan.
Manusia-manusia telah
dianggap tak ada guna. Boleh disingkirkan. Legal dikorbankan!
Perih….
#lokalberdaya #inisativeimpact #solidaritaslokal
Penulis: Beni Sulastiyo, Pontianak