WAHAI POLITISI, BERHATI-HATILAH DENGAN KEKUATAN GENERASI MILLENIAL
Saya jadi tertawa geli menyaksikan respon Gubernur Lampung terhadap Bima, mahasiswa Lampung yang menghebohkan dunia maya beberapa pekan terakhir. Politisi nomor satu, dan orang yang dianggap paling kuat se provinsi Lampung itu ternyata sangat kelabakan menanggapi aksi kritis dari seorang Bima yang dilakukan di media sosial.
Saking kelabakannya, dikirimlah aparat untuk memberikan tekanan psikis kepada keluarganya. Hahaa….
Warganet banyak yang memberikan dukungan kepada Bima. Warganet merasa terwakili oleh Bima yang punya keberanian melakukan kritik langsung kepada Penguasa. Termasuk juga saya.
Dari aksi Bima dan respon politisi terhadap kritikannya, kita memperoleh banyak pelajaran. Tentang betapa para penguasa saat ini telah berubah menjadi sosok yang anti kritik, tentang betapa para politisi dan para pejabat yang mengaku sebagai demokratis justru menunjukan sikap-sikap yang antidemokrasi, tentang betapa lemah dukungan politik seorang penguasa yang katanya telah dipilih oleh jutaan orang, dsb.
Terlepas dari itu semua, saya ingin menyampaikan pesan kepada semua politisi senior di negeri ini. Berhati-hatilah kalian yang selama ini merasa kuat dan merasa terbebas dari kritik. Karena saat ini, orang-orang kritis dan memahami psikologi dunia medsos seperti Bima, sangat banyak dan akan semakin banyak. Mereka dapat dengan sangat mudah mengobrak-abrik keangkuhan dan kepongahan kalian.
Orang-orang kritis yang seumuran dengan saya (40-an tahun), mungkin masih banyak. Namun, mereka memilih diam karena sebab menjaga etika. Generasi seperti saya paham dengan aneka kepalsuan, tapi memilih senyap, demi menjaga hubungan baik antar teman seumuran yang sedang bertautan dengan lingkungan sosial penguasa.
Kalau takut dengan tekanan sih sepertinya nggak lah. Saya misalnya, pernah beberapa kali mengalami tekanan karena bersikap kritis dengan kebijakan penguasa di Kalbar. Macam-macam yang dilakukan. Mengirim aparatlah, menekan keluargalah, dsb.
Trus, takut gitu?
Hahaa, insyaallah enggak lah. Saya memilih tak mau melawan, karena menjaga etika saja.
Tapi orang-orang seperti Bima, sangat jauh dengan lingkungan sosial politik di lingkaran penguasa. Mereka ga kenal siapa yang berada di lingkaran penguasa sehingga mereka ga punya beban etika sosial saat melakukan kritik kepada para politisi. Dan jika mereka tersakiti, dalam hitungan detik, mereka dapat dengan mudah terkoneksi dengan jutaan masyarakat melalui media sosial. Ngeri gak? Hahaa.
*
Kemarin malam, saya diskusi cukup panjang dengan Sultan Alam Gilang Kusuma. Ia adalah anak muda yang seumuran dengan Bima.
Dari diskusi cukup panjang malam itu, saya menyimpulkan, bahwa ilmu pengetahuan anak-anak muda zaman now, khususnya anak-anak muda seumuran Bima seperti Sultan ini, sangatlah menakjubkan. Keluasan pengetahuan mereka jauh melampaui pengetahuan para politisi senior yang pernah saya kenal.
Maka, berhati-hatilah. Karena selain mereka ga punya beban etika sosial, dan memiliki akses tak terbatas kepada masyarakat luas, mereka juga memiliki pengetahuan yang jauh lebih luas dari para penguasa di negeri ini.
Saya ga nakut-nakutin para politisi senior. Namun saya, hanya mengingatkan saja dengan rasa bahagia, bahwa di tengah puncak kepongahan kalian, saat ini telah hadir para pemuda millenial yang dapat dengan sangat mudah membuat kalian kelabakan.
Tahniah pemoedabaroe
Berkahselaloe,
Beni Sulastiyo