Dalam upaya mendukung masyarakat adat untuk mengembangkan mata pencaharian inklusif yang berkelanjutan melalui peternakan babi di desa Gurung Mali dan Pekulai Bersatu, Swandiri Inisiatif Sintang (SIS) dengan dukungan dari USAID SEGAR melakukan serangkaian pelatihan yang diperuntukkan bagi masyarakat adat peternak babi di dua desa tersebut. Adapun dua pelatihan yang telah diselenggarakan oleh SIS adalah pelatihan tentang pengelolaan dan produksi peternakan babi serta pelatihan untuk masyarakat adat tentang keuangan dan pemasaran peternakan babi.

Dari serangkaian kegiatan pelatihan yang di selenggarakan di dua desa tersebut, terlihat jelas antusiasme masyarakat dalam mengikuti tiap-tiap sesi pelatihan yang di selenggarakan oleh SIS, mereka berbondong-bondong datang ke lokasi pelatihan di pagi hari dan terlibat aktif selama masa pelatihan. Masyarakat tak lagi ragu-ragu bertanya dan berdiskusi soal pengembangan peternakan babi kepada para pemateri, mereka terlihat sangat antusias dan benar-benar sangat senang dengan materi pelatihan yang disajikan.

Hal tersebut tentunya tak terlepas dari kebutuhan akan daging babi yang tinggi di masyarakat dan rasa keingintahuan masyarakat tentang pengelolaan peternakan babi yang selama ini belum pernah mereka dapatkan. Terlebih lagi, pasca wabah ASF, banyak dari masyarakat yang masih trauma untuk kembali beternak babi karena belum mengetahui bagaimana cara untuk mengantisipasi penyebaran virus tersebut. Melalui pelatihan-pelatihan ini, SIS kembali memupuk kepercayaan diri masyarakat untuk beternak babi. Masyarakat diajarkan cara mengelola kandang, pangan, reproduksi dan kesehatan hewan ternak untuk mengurangi resiko terdampak virus ASF. Tak hanya itu, SIS juga melatih masyarakat untuk dapat mengatur keuangan dan pemasaran peternakan sehingga diharapkan bisnis peternakan babi bisa berkembang jauh lebih maju dari sebelumnya.

Ibu Pelaga, yang merupakan salah satu warga Desa Gurung mali mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada SIS karena telah melaksanakan kegiatan pelatihan peternakan babi di desanya. Dia mengungkapkan bahwa selama ini belum pernah ada pelatihan seperti ini di tempat mereka, baik dari LSM maupun dari Pemerintah Daerah, padahal mereka sangat membutuhkan pelatihan tersebut.

“Pertama saya ucapkan terimakasih kepada SIS, karena hanya kalian lah yang pernah melatih kami soal babi, yang lain belum pernah, pemerintah pun belum. Kami perlu pelatihan-pelatihan seperti ini, karena kami pernah mengalami sampar (ASF) dan banyak kerugian.” Ungkapnya. Ia juga mengatakan bahwa sangat yakin dengan adanya pelatihan ini maka usaha peternakan babi yang ada di desa bisa kembali sukses dan terhindar dari ASF. “Kita sudah diajari banyak hal hari ini, dan saya yakin inilah jawaban dari pertanyaan kita selama ini tentang bagaimana menghadapi sampar. Saya yakin kita pasti bisa sukses memelihara babi lagi asal dilakukannya dengan cinta,” ujarnya.

Berita tentang SIS yang melakukan pelatihan bagi peternak babi di Desa Pekulai Bersatu dan Gurung Mali pun kian menyebarluas hingga ke desa tetangga, sehingga banyak warga dari desa sebelah yang penasaran dan ingin berpartisipasi dalam pelatihan. Bahkan, tidak sedikit warga dari desa lain yang sengaja datang menemui Tim SIS untuk meminta diikutkan dalam pelatihan, ada juga salah satu tokoh masyarakat dan pemerintah desa lain yang meminta SIS untuk mengadakan kegiatan pelatihan di desanya. Namun, sangat disayangkan karena keterbatasan sumber daya, SIS belum bisa melakukan pelatihan-pelatihan di luar desa intervensi programnya. Akan tetapi, SIS akan terus mengupayakan terwujudnya keinginan masyarakat desa di Kecamatan Tempunak untuk mendapat pelatihan peternakan babi.