Saat ini beberapa daerah di Kalbar sedang dilanda banjir besar-besaran: Yang paling parah adalah di Kabupaten Landak, dimana air setinggi 2-3 meter merendam habis hingga mencapa atap rumah-rumah warga.

Saya sudah lebih dari 40 tahun tinggal di Kalbar, dan saya tak pernah menyaksikan banjir yang separah ini. Saya juga tak pernah menyaksikan, dimana di masyarakat di beberapa Kabupaten, setiap tahun kampungnya pasti direndam banjir. 

Bahkan ada sebuah kawasan yang satu tahun mengalami 2 kali terpaan banjir. Mengerikan!

Saya tidak percaya dengan teori perubahan iklim sebagai penyebab banjir besar ini. Saya meyakini penyebab utama adalah pemberian izin perkebunan sawit yang membabi buta dalam 10-20 tahun terakhir. 

Tahun  2016-an, Saya pernah masuk di daerah Kecamatan Air Besar, Kabupaten Landak. Di kawasan yang berbukit-bukit itu, saya melihat seluas mata memandang, bukit-bukit yang dulu hijau itu berubah menjadi merah. Bukit-bukit yang dahulu kala adalah hutan telah gundul oleh dilakukan landclearing untuk perkebunan sawit. 

Saat itu sedih menyaksikannya, sebab itu pertanda akan tiba bencana. Bukit-bukit itu tempat menyerap dan menahan air tatkala musim hujan, jika tak ada pohon lagi, maka habislah wilayah pemukiman di bawahnya.

Benar saja, pada tahun 2017, sekitar 4 Desa di Landak diterjang banjir. Saat itu banjir masih terbatas di wilayah tepian sungai. Lalu intensitasnya makin meluas hingga menerjang  ke jalan-jalan di wilayah perkotaan. Puluhan ribu jiwa menerima dampak dari terjangan banjir itu.

Banjir besar tak hanya terjadi di Kabupaten Landak saja, di kawasan hulu, banjir juga tapi juga menerjang Sanggau, Melawi, Sintang, dan Kapuas Hulu. Sementara di kawasan hilir, banjir merendam puluhan ribu rumah di Kubu Raya, Mempawah, Bengkayang, Singkawang, Sambas, kayong utara, dan Ketapang. 

Jadi dari 14 Kabupaten Kota di Kalbar, hanya Kota Pontianak saja yang kawasannya hanya diserang banjir-banjir kecil.

Persoalan ini bukan persoalan kecil, sebab jika melihat trend peristiwa banjir yang semakin sering, bukan tak mungkin di satu waktu seluruh warga Kalbar di desa dan kota, akan menjadi korban banjir semua.

Semakin intensnya banjir besar yang terjadi di seluruh wilayah Kalbar ini memerlukan evaluasi besar-besaran. Terkait dari kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah di masa lalu. Sekali lagi: EVALUASI BESAR-BESARAN. Sebab, persoalan banjir ini bukanlah persoalan sepele, karena ratusan ribu warga telah mengalami kerugian harta benda dalam 10 tahun terakhir. Sementara segelintir pengusaha hasilnya di luar sana.

#lokalberdaya #inisativeimpact #solidaritaslokal

Penulis: Beny Sulastiyo