Saat ini lagi ramai-ramainya sekelompok anak muda yang bersemangat menaklukkan puncak Bukit Rentap. Dengan wajah yang cerah dan penuh harapan. Mereka membawa tas yang berisi makanan yang terbungkus oleh plastik, air, dan peralatan lain untuk mendaki. Namun, sayangnya semangat mereka tidak diimbangi dengan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan alam. Sampah yang seharusnya dibawa turun dan dibuang pada tempat yang semestinya, malah di tinggalkan di puncak bukit, menjadi bukti dari kelalaian dan tidak pedulian terhadap kebersihan alam. Terlihat jelas banyak para pendaki yang lupa akan peraturan dalam mendaki, yaitu : Jangan mengambil apa pun kecuali gambar atau foto, jangan tinggalkan apapun kecuali jejak, dan jangan membunuh apapun kecuali waktu.

Pemerintahan Desa Ensaid Panjang, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang memberitahukan kepada seluruh pendaki yang ingin melakukan kegiatan atau pendakian ke puncak Bukit Rentap untuk sementara di tutup. Penutupan akses pendakian ini dilakukan bukan tanpa sebab. Di puncak Bukit Rentap banyak sekali pendaki yang tidak bertanggungjawab dengan plastik yang mereka bawa. Hal ini tentu menjadi keresahan bagi masyarakat Desa Ensaid Panjang terkhususnya pemerintahan Desa Ensaid Panjang, bagaimana mereka berusaha menjaga hutan adat sebaik mungkin dan menghormatinya.

Saya adalah salah satu anggota Green Sintang (Gerakan Relawan Peduli Lingkungan Sintang)  akan menceritakan bagaimana Masyarakat Desa Ensaid Panjang begitu menjaga Bukit Rentap dari pencemaran lingkungan. Pengalaman itu dirasakannya saat mengikuti kegiatan Immersion to Action di Bulan Desember tahun 2023. Ada dimana satu hari yang mengharuskan Saya dan teman se kegiatan mendaki Bukit Rentap. Sebelum pendakian di Mulai pak Sembai selaku kepala dusun berpesan “saat sudah mulai mendaki jangan lupa permisi, dan jika ketemu mata air atau sungai yang pertama kali jangan lupa cuci muka dan minum airnya. Kalian bisa bawa bawa botol minum dari Rumah Betang ini dan jikalau air minum kalian habis boleh ambil air dari sana, air sungainya bisa langsung di minum, airnya bagus langsung dari alam. Kalau ada bawa makanan yang terbungkus plastik jangan lupa dibawa turun juga”. Hal ini bukan tentang mistis atau kepercayaan, tetapi dari sini terlihat bagaimana masyarakat Desa Ensaid Panjang begitu menghargai alam sebagai ciptaan Tuhan.

Penutupan akses pendakian ke puncak Bukit Rentap merupakan langkah yang tepat untuk mengingatkan para pendaki akan pentingnya menjaga kebersihan alam. Masyarakat Desa Ensaid Panjang telah menunjukkan contoh yang baik dalam menghargai dan menjaga alam, dan kini saatnya bagi para pendaki untuk mengikuti jejak mereka.

Kita harus menyadari bahwa alam bukanlah tempat pembuangan sampah, melainkan tempat yang harus dijaga dan dihormati. Jika sampah terus dibiarkan menumpuk di area Bukit Rentap, maka kemungkinan besar air sungai yang ada disekitarnya akan tercemar. Hal ini dapat menyebabkan air sungai menjadi tidak layak untuk diminum langsung, sehingga menghilangkan keunikan dan keaslian air sungai yang ada di Bukit Rentap. Dengan demikian, keindahan dan keaslian alam Bukit Rentap akan hilang, dan generasi masa depan tidak akan dapat menikmati keindahan dan keaslian alam yang sama. Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk meninggalkan jejak yang positif dan tidak merusak alam. Dengan demikian, kita dapat menikmati keindahan alam dan menjaganya untuk generasi masa depan.

Marilah kita semua belajar dari masyarakat Desa Ensaid Panjang dan berusaha untuk menjadi lebih peduli terhadap kebersihan alam. Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, kita dapat menjaga keindahan alam dan melestarikan kebersihan lingkungan.

Penulis: Winda Penina

 

Baca Juga Syair-Syair Tanda Bahaya