TBC di Kalimantan Barat
Tahukah kamu bahwa penyakit TBC adalah penyakit menular yang mematikan di indonesia bahkan di belahan dunia.
Ditemukan pertama kali pada 1882, atau 130 tahun lalu oleh Robert Koch. Namun TB sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia, termasuk Indonesia, yang menempati urutan ketiga di dunia sehingga kemungkinan penduduk Indonesia untuk terpapar dengan kuman TB sangat besar, tidak memandang status ekonomi, suku, agama atau ras apapun.
Penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan Cina dengan jumlah kasus 824 ribu dan kematian 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam. Untuk menemukan dan mengobati kasus tersebut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI berencana melakukan skrining besar-besaran yang akan dilaksanakan tahun ini.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes RI, Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes mengatakan dari estimasi 824 ribu pasien TBC di Indonesia Baru 49% yang ditemukan dan diobati sehingga terdapat sebanyak 500 ribuan orang yang belum diobati dan berisiko menjadi sumber penularan.
“Berdasarkan data WHO Globe Report Tahun 2020, angka kematian akibat TBC sebanyak 98.000 orang per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam,” papar Sekda Prov Kalbar usai membuka kegiatan Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia Tahun 2022 Tingkat Provinsi Kalimantan Barat di Halaman GOR SSA Pontianak, Sabtu (26/3/2022).
Dari total kasus tersebut, baru 67% yang ditemukan dan diobati, sehingga masih ada 284.000 pasien dengan TBC yang belum diobati dan beresiko menjadi sumber penularan bagi orang disekitarnya.”Jadi, masih banyak pasien TBC yang belum ditemukan dan belum diobati,” jelas dr. Harisson, M.Kes.
Melalui Program Eliminasi TBC diharapkan pemerintah daerah bersama para stakeholder atau instansi lainnya bisa melakukan penanganan dan pencegahan TBC di tengah masyarakat. Sedangkan kasus TBC di Kalimantan Barat yang ditemukan baru mencapai 7.514 dari 17.233 orang di tahun 2021.
Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia Tahun 2022, digelar oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat yang pada kesempatan ini digelar dihalaman Stadion Sultan Syarif Abdurrahman (SSA), Sabtu (26/3/2022).Kegiatan dengan tema optimalisasi penemuan kasus TBC pada masyarakat umum dalam rangka peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2022 tersebut, turut dihadiri oleh Sekretaris Daerah Prov Kalbar, dr. Harisson, M.Kes., mewakili bapak Gubernur Kalbar yang sekaligus membuka secara resmi kegiatan tersebut.Dalam sambutannya, Sekda Prov Kalbar menyampaikan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara penyumbang kasus TBC tertinggi di dunia.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, drg. Hary Agung Tjahyadi, M.Kes., dalam sambutannya turut menyampaikan bahwa adanya peringatan Hari Tuberkulosis adalah sebagai pengingat akan bahaya TBC terhadap kesehatan.Pentingnya sosialisasi berkesinambungan kepada masyarakat agar senantiasa mencegah penyakit TBC Pj Sekda Provinsi Kalbar Syarif Kamaruzzaman. Hal ini disampaikan saat mewakili Gubernur Kalbar, melepas peserta jalan sehat TBC se dunia di depan Kantor Diskes Kalbar Minggu pagi Pontianak, Dinkes Prov. Kalbar(24/3/2019)
“Kegiatan peringatan hari TBC ini menjadi moment penting untuk membangunkan kesadaran masarakat dan pihak-pihak terkait agar peduli paa upaya pencegahan penyakit TBC. Karena TBC adalah penyakit nomor 3 mematikan di Indonesia dan menjadi urutan pertama untuk kasus penyakit menular ,”Dijelaskan pula oleh Pj Sekda, bahwa, 9pemerintah daerah provinsi Kalimantan Barat telah berupaya untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan TBC secara lintas sektoral dengan melibatkan organisasi masyarakat . Harapannya “ Kalimantan Barat harus terbebas dari TBC. “ untuk itu kepada masyarakat dihimbau agar senantiasa menjaga kesehatan dari segala aspek pencetus penularan TBC dan penyakit menular lainnya ,” kata Kamaruzzaman.
Selain itu Pemerintah Provinsi Kalbar juga berkomitmen dan mempunyai perhatian khusus untuk terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan TBC, dengan sudah adanya UPT Pelayanan Kesehatan Paru yang terus diperkuat perananya ungkap Pj Sekda Provinsi Kalbar.Dengan tingginya kasus TBC, Indonesia telah berkomitmen untuk Bebas TBC pada tahun 2050. Namun, permasalahan TBC tidak dapat diselesaikan jika hanya dibebankan pada sektor kesehatan saja. Akan tetapi, perlu koordinasi lintas sektor untuk menyelesaikan permasalahan TBC sebagai isu utama di semua sektor, tak terkecuali dari seluruh elemen masyarakat.
“Pemprov Kalbar berupaya menggerakkan semua sektor dan perangkat daerah untuk terlibat dalam penanganan TBC. TBC juga tentunya menyangkut gizi dan kesehatan lingkungan dan ketahanan ekonomi keluarga. Seluruh perangkat daerah harus terlibat dalam penanganan TBC,” pinta Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat.
Salah satu kabupaten di provinsi kalimatan barat yang angka kasus TBC ya cukup tinggi adalah kabupaten sintang.KBRN, Sintang : Kasus Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Sintang masih cukup tinggi, hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Darmadi kepada RRI kamis (8/4/2021). Menurut Darmadi di Kabupaten SIntang pada tahun 2020 lalu ditemukan 651 kasus TBC.
Pada tahun 2021 dari 651 kasus TBC ini diharapkan bisa ditekan ke angka seminim mungkin. Darmadi mengatakan program TB di Dinkes Sintang ada 3 yakni penemuan, pengobatan dan eliminasi. “Tahun 2030 (kasus TBC) harus sudah dapat dieliminir. Kasus-kasus yang masih banyak itu misalnya di Nanga Mau dan Sepauk. Selain karena penduduknya banyak, kasus (TBC) juga banyak,” kata Darmadi.
Menurut Darmadi masih ada beberapa lagi kantong-kantong kasus TBC di Kabupaten Sintang yang belum tuntas penanganannya. Hal tersebut dikarenakan pengobatan TBC yang memerlukan jangka waktu yang cukup lama. Darmadi mengatakan diperlukan dukungan dari masyarakat, tokoh masyarakat, kader dan seluruh komponen masyarakat agar TBC dapat diatasi.
JUMLAH TERDUGA TUBERKULOSIS, KASUS TUBERKULOSIS, KASUS TUBERKULOSIS ANAK, CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK DAN CASE DETECTION RATE (CDR) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN SINTANG TAHUN 2019
Permasalahan TBC sendiri menurut Darmadi tidak bisa ditangani oleh Dinas Kesehatan sendiri karena permasalah TBC ini berkaitan dengan masalah ekonomi, perumahan yang kumuh dan masih banyak lagi faktor-faktor yang menyebabkan sulitnya penanganan kasus TBC agar dapat dieliminir secara menyeluruh. berbagai upaya yang dilakukan pemerintah harus didukung dengan kesadaran masyarakat. Pasalnya, sarana untuk pengobatan yang disiapkan pemerintah akan sia-sia jika masyarakat masih menyepelekan TBC.
Seperti diketahui, tingkat kesadaran masyarakat terhadap gejala TBC masih rendah. Masih banyak pula masyarakat yang belum memahami gejala umum TBC, yakni batuk terus-menerus sampai 14 hari atau lebih.Karena kurang pengetahuan terkait gejala TBC, banyak masyarakat menganggap batuk yang dideritanya merupakan batuk biasa dan bisa disembuhkan dengan obat batuk yang dibeli di warung atau toko obat.
Sekalipun batuk yang diderita urung sembuh setelah 14 hari, masyarakat juga tidak segera ke dokter karena takut dan malu didiagnosis menderita TBC. Apalagi, TBC masih distigma negatif oleh masyarakat dan biasanya dukungan keluarga kepada penyintas TBC juga minim.Alhasil, mereka pun memilih untuk tidak mengetahui penyakitnya dan menganggap sepele gejala batuk yang diderita.Kesadaran masyarakat yang rendah terhadap gejala TBC juga diperparah dengan kondisi pandemi Covid-19. Koordinator Substansi Tuberkulosis Kemenkes dr Tiffany Tiara Pakasi mengatakan, sejak pandemi, banyak masyarakat tidak bisa membedakan gejala batuk dan demam pada TBC dan Covid-19.
Kebanyakan masyarakat menganggap bahwa gejala batuk lebih dari 14 hari mengarah ke infeksi Covid-19. Padahal, batuk lebih dari 14 hari tidak selalu menjadi tanda bahwa seseorang terinfeksi virus corona. Bisa saja, hal ini disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang merupakan penyebab TBC.
Strengths(Kekuatan) |
Weaknesses(Kelemahan) |
||
1. Pemerintah daerah bertanggung jawab menyelenggarakan penanggulangan TBC melalui upaya kesehatan masyarakat seperti,penyuluhan di setiap daerah atau puskesmas yang Ada di kabupaten sintang. 2. Penanggulangan TBC dilakukan secara terpadu dan komperensif serta harus melibatkan semua pihak baik pemerintah ,dinas Kesehatan,dan masyarakat 3. Akses dan kemudahan untuk di jangkau masyarakat . 4.
|
1.Optimalisasi program PISPK oleh tenaga kesehatan 2. Menjangkau lebih banyak lagi penderita TBC khusus kasus baru yang dapat dimasukkan kedalam program pengobatan 3. Penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pencegahan |
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC 2. Belum optimalnya pelaksanaan program TBC Salama ini karena kurangya kesadaran masyarakat, masih kurangnya komitmen pelayanan kesehatan ,pendanaan untuk operasional penyuluhan. 3.Belum semua masyarakat dapat mengakses layanan TBC khususnya di daerah pedalaman . 4.Besarnya masalah kesehatan lain yang dapat mempengaruhi fokus pemerintah,seperti masalah penyakit stunting,HIV,diabetes militus dan merokok. 5.Sumber tenaga kesehatan yang masih kurang |
|
Opportunities(Peluang) |
Strategi Opportunities(Peluang) |
Threats(Andaman) |
|
1. Penentuan |
1Meminta bantuan kader atau tokoh masyarakat untuk memberikan pemahaman yang sesuai tentang pengobatan penyakit TBC 2. Evaluasi keberjalanan program yang ada di masingmasing daerah |
Faktor sosial seperti besarnya angka pengangguran, rendahnya tingkat pendidikan dan pendapatan pe 1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan cara pengobatan TBC yang benar 2. Persepsi masyarakat yang menganggap bahwa minum obat hanya jika saat ada keluha |
1Meningkatkan edukasi ke masyarakat agar lebih menyayangi dan menghargai kesehatan diri sendiri 2. Promosi kesehatan oleh tenaga kesehatan tentang pentingnya manajemen penyakit menular |
Gejala TBC
pada mulanya berupa batuk. Selain itu, masih ada beberapa ciri penyakit TBC yang perlu diwaspadai. Apa saja?
1. Suhu Tubuh Meningkat
Tanda-tanda awal munculnya TBC adalah suhu tubuh yang meningkat (demam), terutama di malam hari. Meskipun pada pagi dan siang hari tubuhnya sehat dan bugar, menjelang malam, tubuh pengidap TBC akan melemah dan disertai oleh demam. Meningkatnya suhu tubuh ini biasanya berlangsung selama lebih dari 3 minggu, meskipun sudah mengonsumsi obat penurun demam.
2. Berkeringat di Malam Hari
Suhu tubuh meningkat dan demam di malam hari juga disertai dengan munculnya keringat. Jumlah keringat yang keluar pun jauh lebih banyak dibandingkan keringat di siang hari. Walaupun tidak terjadi pada semua pengidap TBC, berkeringat di malam hari juga bisa disertai dengan badan yang menggigil.
3. Sering Merasa Lelah
Meskipun tidak melakukan aktivitas fisik, tubuh pengidap TBC akan sering merasa kelelahan. Hal ini ditandai dengan tubuh yang pegal-pegal dan sakit kepala.
4. Kulit Pucat
Gejala lain dari TBC adalah kulit pucat. Keadaan ini disebabkan oleh tubuh yang mengalami kekurangan sel darah merah atau anemia. Kondisi inilah yang membuat warna kulit pengidap TBC cenderung pucat.
5. Nafsu Makan dan Berat Badan Menurun
Ciri fisik yang tampak dari pengidap TBC adalah berat badan yang menurun. Keadaan ini diawali dengan menurunnya nafsu makan. Ketika ini terjadi, tubuh akan mengeluarkan zat yang dapat membuat tubuh menggunakan banyak energi, sehingga proses pemecahan cadangan makanan pun akan berlangsung. Hal inilah yang akhirnya bisa menyebabkan penurunan berat badan.
Kenali cara penularan, cara mencegah TBC
Mengetahui cara penularan TBC merupakan langkah awal mencegah penularan penyakit ini. Hal ini berlaku bagi mereka yang sehat dan terutama yang sakit.
Bakteri penyebab TBC, Mycobacterium tuberculosis, menyebar ketika penderita TB mengeluarkan dahak atau cairan liur yang berisi kuman tersebut ke udara, misalnya saat batuk, bersin, berbicara, dan
Kuman yang keluar dari batuknya penderita dapat bertahan di udara lembap yang tidak terpapar sinar matahari selama berjam-jam, bahkan berminggu-minggu.
Akibatnya, setiap orang yang berdekatan dan memiliki kontak dekat dengan pasien TB berpotensi menghirup udara yang terkontaminasi bakteri TBC.Akhirnya, mereka sangat berpotensi tertular. Itulah pentingnya bagi orang sehat mengetahui cara mencegah TBC.
.Kapan pencegahan TBC perlu dilakukan?
Penyebaran TBC melalui udara membuat penyakit ini bisa menular dengan cepat. Akan tetapi, bakteri bisa saja tidak langsung menimbulkan dampak kesehatan begitu masuk ke dalam tubuh.
Anda bisa saja telah tertular, tapi bakteri justru “tertidur” lama di dalam tubuh alias berada di fase dorman. Kondisi ini membuat Anda menderita TB laten.
Ini adalah fase ketika bakteri menetap di dalam tubuh, tapi tidak aktif berkembang biak ataupun menyerang sel-sel sehat di dalam tubuh. Pada tahap ini, Anda tidak dapat menularkan bakteri.
Orang yang dapat menularkan penyakit ini hanyalah pasien TB aktif. Artinya, bakteri di dalam tubuh aktif berkembang biak dan menyerang sel-sel sehat.
Meski sangat menular, pengidap TB aktif bisa melakukan beberapa cara pencegahan agar tak memperluas penularan penyakit TBC.
Upaya mencegah TBC bisa dilakukan sebelum menunggu hasil diagnosis, segera saat merasakan gejala atau ciri-ciri penyakit tuberkulosis.
Meskipun tidak dapat menularkan
Penyakit TBC tidak menular melalui kontak fisik (seperti berjabat tangan) atau menyentuh peralatan yang telah terkontaminasi bakteri TB. Selain itu, berbagi makanan atau minuman dengan penderita tuberkulosis juga tidak menyebabkan seseorang tertular penyakit ini
Langkah pencegah TBC agar tidak menularkan ke orang sehat
Bakteri tuberkulosis dapat menyebar melalui udara sehingga sulit untuk mengetahui keberadaannya.Satu-satunya cara pencegahan TBC terbaik adalah mencegah penyebaran bakteri tersebut dari orang yang sakit ke orang sehat.
Berikut beberapa langkah pencegahan penularan TBC ke pada orang lain.
1. Tutup mulut saat batuk dan bersin
TBC menular lewat dahak dan air liur yang keluar dari mulut.Itu sebabnya, menutup mulut saat bersin dan batuk merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan pasien TBC untuk mencegah penularan ke orang sehat.Meski begitu, jangan menutup mulut dan hidung menggunakan telapak tangan. Kuman bisa berpindah ke tangan Anda dan berpindah lagi ke orang lain saat berjabat tangan atau memegang mereka.Sebaiknya gunakan tisu dan segera membuangnya ke tempat sampah agar kuman tak menyebar dan menghindarkan orang lain untuk menyentuhnya.Sesudahnya, Anda perlu mencuci tangan dengan sabun atau sanitizer berakohol. Jika Anda tidak sempat mengambil tisu, tutup mulut dengan memalingkan wajah ke sisi lengan dalam atau siku dalam Anda.Selama mengalami gejala TBC seperti batuk dan bersin, gunakan masker saat sakit di tempat umum sebagai cara mencegah penularan penyakit.Anda juga bisa mempelajari Anda juga bisa mempelajari etika batuk yang baik dan benar.
2. Jangan meludah atau membuang dahak sembarangan
Sama halnya dengan batuk atau bersin di tempat umum, membuang dahak dan meludah pun tidak boleh sembaranganBakteri yang terdapat dalam percikan ludah bisa beterbangan di udara, kemudian terhirup oleh orang di sekitar.Jika ingin membuang dahak atau meludah, lakukanlah di kamar mandi. Siram ludah Anda dengan air dan zat pembersih disinfektan sampai terbilas bersih.
3. Mengurangi interaksi sosial
Selain menjaga kebersihan diri, Anda juga perlu menghindari interaksi yang melibatkan kontak dekat dengan orang lain sebagai cara mencegah TBCJika memungkinkan, usahakan untuk beraktivitas atau tidur di ruangan yang terpisah.Batasi waktu bepergian, jangan terlalu lama berada di tempat-tempat yang dipadati banyak orang, terutama transportasi umum.Apabila tidak memiliki kebutuhan mendesak, perbanyaklah beristirahat di dalam rumah.Bagi penderita tuberkulosis dengan kondisi resistan antibiotik diharuskan melakukan isolasi diri sampai benar-benar sembuh dari infeksi bakteri.Perawat atau orang lain yang berkontak dengan penderita TBC resistan obat perlu menggunakan alat dan pakaian pelindung diri sebagai upaya pencegahan.
4. Biarkan sinar matahari masuk ke dalam ruangan
Saat menetap di rumah, pastikan ruangan yang Anda tinggali terjaga kebersihannya.Kuman penyebab TBC umumnya dapat bertahan hidup di udara bebas selama 1-2 jam, tergantung dari ada tidaknya paparan sinar matahari, kelembapan, dan sistem ventilasi di rumah.Pada kondisi gelap, lembap, dan dingin, kuman TB dapat bertahan berhari-haribahkan berbulan-bulan.Namun, bakteri TBC bisa langsung mati jika terpapar oleh sinar matahari langsung. Itu sebabnya, Anda dianjurkan untuk membuka jendela dan tirai saat cuaca cerah.Biarkan sinar matahari masuk untuk membunuh kuman-kuman TBC yang mungkin tinggal dalam rumah Anda.Ketika Anda membuka jendela, sirkulasi udara pun dapat membantu mendorong kuman-kuman keluar rumah sehingga mati saat terpapar sinar ultraviolet dari matahari di luar.
5. Membatasi kontak dengan kelompok rentan
Salah satu faktor penentu seseorang bisa tertular TBC atau tidak adalah seberapa kuat sistem imun tubuhnya dan kebersihan dirinya. Semakin kuat daya tahan tubuh Anda, semakin kecil kemungkinannya untuk tertular TB.Orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah cenderung lebih mudah terinfeksi.
Menurut badan pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika, CDC, kelompok orang yang berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi TBC karena kondisi sitem imun yang lemah di antaranya adalah:
• Anak-anak
• Ibu hamil
• Orang lanjut usia
• Penderita kanker
• Penderita penyakit autoimun
Adapun Langkah yang bias kita lakukan adalah:
· Melakukan pemeriksaan TB, terutama bagi orang-orang yang berisiko tinggi terpapar kuman TB
· Mengikuti prosedur pengobatan sebelum TB menjadi aktif, jika sudah terdiagnosa menderita TB fase laten
· Memperbaiki sirkulasi udara di rumah untuk mencegah bakteri berdiam dalam ruangan
· Mendapatkan imunisasi BCG, terutama bagi anak-anak dan orang yang berisiko tinggi tertular TBC
· Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik. Antara lain dengan membuka pintu dan jendela agar udara dan sinar matahari bisa masuk ke rumah.
Meskipun penularan TBC nyatanya tidak semudah yang dikira, Anda tetap disarankan untuk waspada. Bakteri TB yang ada di udara siap menyerang kapan saja.
Konsumsilah makanan bergizi dan beristirahatlah yang cukup agar kekebalan tubuh tetap optimal. Dengan demikian, TBC dan penyakit lainnya tidak akan mudah menyerang.
Bila mengalami beberapa gejala TBC, seperti batuk lebih dari tiga minggu, batuk berdarah, demam, keringat dingin di malam hari, dan berat badan turun drastis, terlebih jika terdapat orang serumah atau sekantor yang memiliki gejala serupa, segeralah periksakan diri ke dokter.
(*Jesika