Perubahan Iklim di Kalimantan Barat

Bagi kehidupan kita sebagai manusia yang terikat dengan tumbuhnya zaman, mari kita menyusuri dampak nyata dari sebuah fakta atau fenomena dunia. Kali ini kita akan menganalisis sebuah masalah yang kerap selalu terjadi setiap waktu namun, terjadi dengan kondisi yang berbeda sesuai dengan waktu dan kejadiannya. Untuk itu mari kita cari tahu tentang fenomena masalah kali ini, yang mana dapat menimbulkan suatu Kekuatan, Kelemahan, Peluang, hingga Ancaman yang sangat berdampak dalam kehidupan masyarakat Indonesia terutama di Kalimantan Barat.

Iklim adalah suatu kondisi atau keadaan cuaca di suatu wilayah atau daerah. Namun setiap wilayah memiliki iklim yang bereda, dalam suatu wilayah, permbentukan iklim dipengaruhi oleh lereng, jarak dari perairan, ketinggian, kondisi air laut, serta letak garis lintang. Berdasarkan garis lintangnya di permukaan bumi iklim dibedakan menjadi empat yaitu iklim dingin (kutub), iklim sedang, iklim sub tropis, dan iklim tropis. Kondisi kawasan juga dapat menjadi pembeda suatu iklim, yaitu iklim benua, iklim bahari, iklim tundra, dan iklim gunung, sedangkan kondisi iklim dikendalikan oleh atmosfer yang dipengaruhi oleh sebuah faktor lingkungan. Ada beberapa jenis faktor lingkungan yang mempengaruhi atmosfer yaitu bentuk rupa bumi, tutupan bumi, dan posisi pencampuran udara di lapisan atmosfer. Atmosfer memberi pengaruh terhadap cucca yang menjadi pembentukan iklim. Yang menjadi acuan penentuan iklim rata-rata dalam kurun waktu 30 tahun, karakteristik pola iklim global sendiri dapat dipelajari melalui klimatologi. Iklim sendiri juga didasarkan pada karakteristik cuaca yang mempertimbangkan kondisi hujan, angin, suhu, atau penguapan.

Mengenai perubahan iklim, iklim akan terus menerus berubah dari waktu ke waktu karen adanya interaksi antara komponen-komponennya dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan faktor-faktor yang biasa disebabkan oleh kegiatan yang disebabkan manusia seperti misalnya penggunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil. Tentang kerangka kerja perubahan iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan iklim  yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengubah komposisi dari atmosver global dan variabilitas iklim alami pada periode waktu yang dapat di perbandingkan. Yang dimaksud komposisi atmosfer global tersebut ialah komposisi material atmosfer bumi yang berupa Gas Rumah Kaca (GRK) diantaranya terdiri dari karbon dioksida, metana, nitrogen dan lainnya.

Di Kalimantan Barat dampak dari perubahan iklim kian semakin terasa, sejumlah daerah kerap dilanda banjir hingga semakin meluas. Penyebabnya adalah alih fungsi lahan yang mengakibatkan degradasi lingkungan karena berbagai aktivitas manusia yang kian parah. Sejumlah wilayah di Kalimantan Barat pada tahun 2021 dilanda bencana banjir, dimana hampir dari tiap-tiap kabupaten merasakan dampaknya. Sejumlah bencana yang terjadi akibat dari perubahan iklim tidak terlepas dari degradasi lingkungan Kalbar, Hutan yang ada di Kalbar sangat penting sebagai fungsibparu-paru dunia, namun saat ini paru-paru dunia tersebut kian hari kian terkoyak akibat aktivitas manusia yang kerap lebih memilih menghancurkan hutan hanya demi sebuah properti. Hal ini adalah salah satu yang membentuk terjadinya perubahan iklim di Kalbar.

Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat, luas tutupan hutan di Kalbar terus menurun. Pada tahun 1990 luas tutupan hutan di Kalbar 7,5 juta hektar. Pada tahun 2012, luas tutupan hutan di Kalbar menjadi 6,9 juta hektar dan pada tahun 2018 menjadi 5,5 hektar. Dengan demi kian mari kita mencari tau dampak perubahan iklim yang sangat berpengaruh dan berperan penting dalam peradaban masyarakat  baik itu positif maupun negatif khususnya yang ada di Kalbar.

Sumber “Kekuatan” seperti yang kita ketahui bahwa Kalimantan Barat yang memiliki banyak hutan seharusnya kondisi  ini mampu menurunkan suhu udara yang kian hari meningkat, sehingga dapat meminimalisir derajat suhu udara tersebut. Kalbar juga memiliki kekayaan wilayah yang dikenal dengan hutan mangrove, terdapat 177.023,738 hektar hutan mangrove dan tersebar di dalam 7 kabupaten. Terdapat juga lahan gambut yang ada di Kalbar yang memiliki luas sekitar 1.72 hektar yang potensi ekonominya sangat besar, cukupbaik mengatur air dalam tanah. Selain itu letak geografisnya yang berada di dataran tinggi ini dapat meminimalisir terjadinya banjir walaupun ada beberapa wilayah yang memiliki dataran yang rendah dan dekat dengan perairan. namun, walaupun demikian kita dapat mencegah atau melakukan partisipasi terhadap ancaman dari iklim yang selalu berubah ini. Contoh, misalnya datang bencana banjir, nah sebelum hal itu terjadi kita pastinya sudah mengetahui bahwa letak rumah yang ditinggali berada dalam dataran rendah, nah untuk mengantisipasi  akan bencana yang bisa saja akan terjadi, tentunya kita mendirikan rumah susun atau bertingkat dimana jika datang banjir kita dapat tinggal di atasnya sebagai perlindungan. Begitu pula dengan hutan Kalbar sebaiknya aktivitas manusia dikurangi dalam melakukan kegiatan yang merusak hutan karena dapat mengurangi CO2 jika terus dilakukan.

Sumber “Kelemahan” selain memiliki kekuatan  tentunya provinsi Kalbar juga memiliki kelemahan yang menjadi masalah yang yang hampir rata-rata dirasakan oleh seluruh provinsi Kalbar, kelemahan tersebut meliputi letak geografisnya berada dalam garis equator/khatulistiwa yaitu terletak di antara garis lintang 23.5 derajat LS dan23.5 derajat LU, yang dimana garis tersebut berada pada iklim tropis atau panas, nah walaupun memiliki hutan yang bisa melindungi masyarakat dari derajat suhu, tetap saja Kalbar tidak dapat menghindar dari cuaca yang sangat panas. Selain itu masyarakatnya belum berada dalam tingkat kesejahteraan yang maksimal, pemanasan global, emisi gas rumah kaca, kepunahan spesies dan habitat, hilangnya keanekaragaman hayati. Lingkungan pemukiman yang berada di dataran rendah dan sebagian memiliki lingkungan yang tidak sehat seperti sampah yang berserakan. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak yang akan terjadi akibat kegiatan yangmereka lakukan, namun dengan demi kian bukan berarti masyarakat tidak boleh beraktivitas dalam kebun hanya saja perlunya bagi masyarakat untuk mempertimbangkan hal yang baik dan yang buruk. Penebangan pohon dan pembakaran hutan juga sampai saat ini masih dilakukan oleh berbagai pihak baik masyarakat maupun perusahaan yang masuk ke Kalbar ini menjadi hal yang menjadi faktor utama dari masalah yang berdampak bagi perubahan iklim  ini.

Namun, tetap saja ada”Peluang”  dari perubahan iklim di Kalbar ini, dimana dapat melibatkan tiga dimensi berkelanjutan, yaitu dimensi lingkungan, sosial, dan ekonomi. Dalam mengatasi masalah ini, sangat diperlukan adanya suatu tindakan perspektif jangka panjang mengenai bagaimana menyikapi hari yang terjadi saat ini bisa berpengaruh dalam pembangunan yang berkelanjutan di bidang lingkungan lingkungan hidup dengan semua pemangku yang terlibat untuk mencapai sebuah solusi. Selain itu yang menjadi konsentrasi bersama ialah memperkuat jejaring dan support terhadap perubahan iklim.

Walau demikian terdapat “Ancaman” bagi masyarakat yang menjadi tantangan terberat dari perubahan iklim terutama para petani, tantangan yang dimaksud ialah dalam pengembangan pertanian terutama dalam sektor tanaman pangan yang dimana dilanda cuaca yang ekstrim. Selain itu ancaman tersebut juga akan menghambat produktivitas pertanian. Kekeringan, curah hujan yang tinggi  sangat mempengaruhi kualitas maupun kuantitas sektor pertanian. Untuk itu perlunya menciptakan sistem pangan yang tangguh untuk beradaptasi dengan dampak perubahan iklim yang mungkin meningkat di masa depan.

 

(*Sri Astuti