Letakkanlah telur di banyak keranjang, ‘begitu petuah Robert Kiyosaki dalam konteks pengembangan modal menuju ‘freedom of financial’. Teori ini mempengaruhi banyak orang agar ‘jangan menyimpan uang di satu Bank’. Simpanlah uangmu di banyak lembaga keuangan, termasuk Credit Union (CU). Namun teori ini juga sudah mendapatkan kritik & modifikasi. Khususnya terkait pertanyaan tujuan hakiki kehidupan manusia.
Apakah manusia itu tujuan hidupnya menjadi kaya raya, terkenal, punya banyak karya dll? Atau mengejar kebahagian?
Dalam ‘spirituality of happiness’ karya fenomenal Denny JA, disebutkan bahwa untuk mencapai kebahagiaan hidup, cukup menjalankan rumus ‘3P + 2S’. Personal relationship; kita perlu membangun, menjaga & merawat relasi personal yang baik dengan siapapun. Positivity; senantiasa berprasangka baik atas proses & hasil yg berjalan dinamis. Passion; pastikan minat, bakat & hobby dalam bidang yg sedang digeluti. Lalu plus 2 S adalah; Small winning; kita perlu kemenangan2 kecil dlm setiap tahapan kehidupan, utk tetap meyakinkan diri bahwa kita ‘on the track’. Terakhir adalah Spiritual blue diamond; mutiara biru dlm kemasan spiritualitas ini yg dimaksud adalah ‘hikmah dan kebijaksanaan’.
Sederhana sebetulnya utk mengejar kebahagiaan. Jalankan saja rumus Denny JA itu InsyaAllah akan ‘Husnul Khatimah’. Namun persoalannya adalah menyangkut sifat & karakter dasar manusia. Penyakit hati, sikap & perilaku msh mewarnai dinamika kehidupan masa kini. Makanya tak heran kita mengenal diksi ’Ustadz di Kampung Maling’, bukan Ustadz bersama jamaah atau umatnya.
Siapapun umat manusia di muka bumi ini, sebetulnya hanya mendapat tiga warisan dari orang tuanya. Yakni bakat, kelakuan & penyakit. Adapun nama baik & materi, semata2 bonus bagi yg beruntung. Asahlah bakat baik yg ditinggalkan orang tua itu mjd karakter keterampilan. Dgn sendirinya akan mendorong kelakuan yg baik dlm sikap & perilaku. Tinggal penyakit yg perlu di mitigasi agar senantiasa prima dlm menjalani rute kehidupannya. Jika tiga warisan itu dapat diintegrasi mjd modalitas baru, niscaya siapapun akan tegap melangkah.
Selanjutnya tinggal memadukan tiga modal yg hrs terus diasah & di upgrade; percaya diri, kemampuan argumentasi & imajinasi. Lalu merawat trust, capacity & networking. Sisanya tinggal dijalani dan ‘tak ada beban’, tak menolak tantangan, serta ikhlas. InsyaAllah Semesta Mendukung..
Belajar dari sejarah aktor2 generasi pemenang dalam lintasan peradaban, dlm gerak langkah kehidupannya, ternyata mrk memiliki Cermin. mereka mendapatkan kritik langsung dari ‘sparing partner’, atau tak langsung dari potret aktor2 yg ‘kalah’ dlm kontestasi kehidupan. Termasuk keadaan faktual yg nyata. Sebab cermin sangat penting sbg ‘pengingat’ atas apa yg telah kita lakukan, sdh sejauh mana, atau bahkan apakah dijalan yg benar, atau on the track? Karena itu, ’letakkanlah cermin di banyak tempat’. Agar kita senantiasa ingat akan siapa kita, apa tugas & kewajiban kita, serta apa tujuan hidup kita dlm menjalani rute kehidupan masing2. InsyaAllah..
#SekolahKehidupan
#NgajiPeradaban
Selamat Hari Sumpah Pemuda
Ujungpandang 89 Pontianak, 28 Okt 2023..
Hermawansyah
(Pendiri Gemawan, Alumni GMNI, Ketua Dewan Pengarah Pondok Ganjar-Kalbar)