Sebagai bagian dari kalangan Gen Z, saya mengalami proses transisi teknologi yang begitu signifikan, seolah beriringan dengan bertambahnya usia perkembangan teknologi hari ini yang semakin tidak masuk akal, sebut saja salah satunya Ai. saya pertama kali mengetahui teknologi Ai melalui Film marvel ternama yaitu Iron Man, Jarvis namanya, berubah menjadi Ultron pada seri ke tiga franchise ini yang sedikit memberikan gambaran bahwa teknologi bisa memberikan dampak yang baik ataupun buruk tergantung pada pemanfaatannya.
tak terasa, sejak tahun 2024 pemanfaatan Ai semakin di gandrungi. Berbagai platform Ai berbasis website begitu mudah diakses oleh khalayak mulai dari Ai pengolah gambar, audio, visual, bahkan tugas-tugas kampus atau yang lebih jauh adalah pekerjaan manusia hari ini dapat dikerjakan oleh Ai contohnya dapat mengendarai kendaraan anda melalui mode autopilot, membuatkan anda bahasa pemrograman untuk kepentingan pembuatan website atau aplikasi tanpa harus membayar mahal seorang programer, menjadi asisten kesehatan pribadi yang dapat mendiagnosa kondisi tubuh anda, bahkan perusahaan minuman energi terkenal di indonesia memanfaatkan Ai untuk membuat iklan promosi sebagai upaya memangkas biaya pembuatan iklan yang begitu mahal, gila.
Menurut data statistik dari WriterBuddy periode September 2022 hingga Agustus 2023, Indonesia jadi negara dengan urutan ketiga paling banyak memanfaatkan Ai. satu hal yang mengganggu saya adalah ketika ai dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan di indonesia sebagai negara berkembang yang akses teknologinya belum merata. disatu sisi untuk mendorong adanya sistem pendidikan yang terintegrasi dengan kemajuan teknologi, pemanfaatan Ai tentunya sangat bermanfaat. namun di sisi lain, pemanfaatan Ai seakan membunuh peran tenaga pendidik dan menumpulkan kemampuan penalaran peserta didik yang mengakibatkan tingginya ketergantungan terhadap pemanfaatan teknologi ini, contohnya Chat GPT sebagai platform yang paling digandrungi oleh kalangan mahasiswa untuk menjawab tantangan menyelesaikan tugas kuliah.
Kepo dengan bagaimana platform Chat GPT bekerja sayapun menanyakan langsung melalui platform ini dan berikut jawabannya “Cara kerjaku berdasarkan teknologi pemrosesan bahasa alami (NLP) yang memungkinkan aku memahami, menghasilkan, dan merespons teks secara kontekstual. Aku dilatih menggunakan sejumlah besar data teks untuk mengenali pola bahasa, memahami makna, dan memberikan jawaban atau solusi yang relevan berdasarkan input yang diberikan. Ketika kamu mengajukan pertanyaan atau memberikan instruksi, aku menganalisis kata-kata, struktur kalimat, serta konteksnya untuk merespons dengan jawaban yang sesuai. Aku tidak memiliki kesadaran diri atau emosi, tetapi aku dirancang untuk membantu dengan berbagai jenis informasi, kreativitas, atau analisis yang dibutuhkan.” sederhananya adalah jawaban yang diberikan tergantung pada susunan kata kunci yang digunakan oleh penggunanya, ini jelas rentan bias informasi ketika tidak dimanfaatkan dengan teliti.
saya tidak ingin membantah, menolak, dan mendorong kemunduran. namun ketidaksukaan yang menggangu ketika pemanfaatan Ai untuk menyelesaikan kerja-kerja yang membutuhkan kesadaran penalaran sebagai manusia bagi saya tetaplah suatu pelecehan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri. sekarang adalah bagaimana pemanfaatan Ai bisa semakin bijak dengan kebutuhan, teknologi diciptakan untuk memudahkan pekerjaan manusia, bukan untuk memperbudak dan membuat ketergantungan terhadap teknologi ciptaannya sendiri.
Penulis: Riky Efendi