
Tulisan ini agak
panjang. Tapi nikmati aja. Ada hal penting yang perlu kita perhatikan. Sapiens logam Spesies
manusia baru telah diciptakan.
Jadi begini,
Sekitar 400ribu tahun
yang lalu, ada dua species manusia yang masih eksis dan hidup berdampingan.
Yang satu bernama homo erectus, satunya lagi homo sapiens.
Secara fisik keduanya
hampir sama, volume otaknya aja yang berbeda. Homo sapiens volume otaknya lebih
besar. Maka sapiens memang lebih cerdas.
Di bumi, kedua species
itu populasinya ga banyak. Mungkin tak sampai 10 ribu jumlahnya.
Bisnisnya Homo sapiens
dan homo erektus sama, yaitu berburu. Mereka bersaing untuk mendapatkan hewan
buruan. Mereka juga menganggap satu sama lain sebagai ancaman.
Karena homo sapiens
lebih cerdas, homo erektus bisa dikalahkan. Kemungkinan dibunuh. Lalu punah.
Homo Sapiens memang
kejam. Mereka bisa membunuh pesaingnya demi bertahan dan demi bisa makan.
Kekejamannya ditopang oleh kecerdasan dalam meramu pengetahuan.
Awalnya sapiens
berhasil membuat api. Selanjutnya ia mampu membuat simbol dan merekayasa
narasi.
Dari api itu homo
sapiens bisa makan lebih cepat, sehingga bisa punya banyak waktu untuk belajar
bekerja, dan membuat aneka peralatan dari kayu dan logam.
Api membuat makanan
lebih lunak, sehingga nutrisi lebih mudah terserap otak. Ini menjadikan IQ
sapiens bisa membaik dan berkembang.
Api, makanan, ilmu, dan
peralatan menjadikan sapiens bisa berjalan lebih jauh. Ia bisa membuat tanda
jalan supaya tak tersesat, menghancurkan ancaman binatang buas dengan api dan
logam.
Sapiens menganggap
dirinya istimewa. Species paling hebat di muka bumi. Ia harus lebih unggul dari
species lain yang menjadi pesaing terdekatnya, yaitu homo erectus.
Konflikpun terjadi
antara erectus dan sapiens. Singkat cerita dalam rentang ribuan bahkan belasan
ribu tahun sapiens menang, Erektus pun kalah, lalu punah.
Sebab kepunahan
erectus, selain karena tak mampu beradaptasi dengan kerasnya alam, mereka juga
dihabisi oleh sapiens.
Semula saya tak percaya
sapiens punya keberingasan tingkat tinggi untuk tak hanya menyingkirkan, tapi
juga membunuh, bahkan menghilangkan keberadaan sesama manusia. Namun, setelah
mempelajari sejarah dengan seksama, saya pun percaya.
Saya percaya, bahwa
kita, homo sapiens ini punya hasrat untuk mempertahankan diri dan membangun
eksistensi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan makhluk apapun yang ada
di muka bumi. Termasuk dengan sesama sapiens.
Sapiens akan melakukan
segala cara, untuk mempertahankan dan membangun eksistensinya dengan api,
simbol dan narasi. Dengan api mereka
membuat logam dan aneka peralatan perang. Dengan simbol sapiens mereka
mengorganisir manusia lewat tanda, bunyi dan bahasa, dan dengan narasi/ cerita
mereka menggerakan banyak manusia untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya,
termasuk membunuh dan menghabisi sesama sapiens.
Temen-temen mungkin
masih bingung, bahkan tidak percaya, jika sapiens punya karakter sekejam itu.
Ok, saya berikan fakta
kekiniannya yang bisa kalian verifikasi sendiri.
Kalau cerita di era
mesopotamia, sumeria, babilonia, yunani, dan romawi, memang susah untuk
memverifikasinya. Karena waktunya terlalu jauh dari kita saat ini. Saya akan menyampaikan fakta keberingasan
sapiens pada 300 tahun terkahir saja.
Pada abad 15-17, perang
salib berkobar. Narasi yang digunakan untuk mengorganisir manusia adalah
“ketuhanan”. Api yang ditemukan sapiens sudah bisa menghasilkan senjata dari
logam; pedang, tombak, anak panah, kereta kuda, dan meriam. Benda-benda itu
dijadikan alat untuk memperkuat eksistensi diri dengan menghancurkan eksistensi
orang lain. Manusia “bodoh” yang terbunuh diperkirakan sekitar 9 juta orang.
Pasca perang salib,
lewat narasi 3 G, god, gold, glory, terjadilah penyerbuan orang-orang eropa ke
benua Amerika, Afrika, Asia dan Australia. Penduduk aslinya dibunuh, tanahnya
diambil alih, hartanya dirampas, termasuk emas perak dan permata yang ada di dalam
tanah, termasuk pula Ilmu pengetahuan yang mereka punya.
Terjadi genosida di
mana-mana, manusia dilenyapkan sampai ke akar-akarnya. Maka tiba-tiba, di
Australia ada orang kulit putih. Padahal dulu berkulit hitam. Demikian juga di
benua Amerika.
Inilah zaman yang
disebut zaman kolonial, dimana api-nya sapiens sudah bisa membuat senapan,
pistol genggam, senapan mesin dan meriam.
Alat itulah yang digunakan untuk membunuh saudara-saudaranya.
Saat itu manusia yang
mati tak terdata, tapi jika perang diponegoro yang terjadi selama 5 tahun saja
membunuh 200rb orang, bagaimana dengan ratusan perang yang terjadi selama 300
tahun? Mungkin ratusan juta jumlahnya.
Di abad ke 20 terjadi 2
kali perang di eropa. PD I dan PD II.
PD I membunuh 40 juta
manusia dalam waktu 4 tahun. Narasi yang digunakan adalah Kebangkitan Emperium
Romawi. Saat itu api-nya sapien sudah bisa membuat mobil baja, senjata berat,
seperti pelontar granat dan senjata artileri yang bisa melontarkan bom dengan
presisi. Sapiens juga sudah bisa membuat dari balon untuk menjatuhkan bom.
Pesawat ringan, juga telah ditemukan.
Baca juga: Melihat Kuasa Pemenang Perang
Selang sepuluh tahun,
meletus PD 2. Narasinya keunggulan ras
arya, anti semit, perdamaian dunia.
Api-nya sapiens sudah
bisa membuat kendaraan lapis baja berkecepatan tinggi, kapal laut dari besi
yang super besar, pesawat logam yang cepat, serta membuat roket yang membawa
bahan peledak. Dan yang sangat mengerikan, saat itu sapiens sudah bisa membuat bom
atom.
Dengan senajata yang
mematikan, dalam 6 tahun, PD II telah membunuh 60 juta orang. Yang mengerikan,
dengan senjata terbarunya, yaitu bom atom, sapiens telah melenyapkan sekitar
124 ribu orang di Hiroshima dan Nagasaki dalam hitungan menit. Mengerikan!
Saat meletus PD 2,
kematian massal juga terjadi di wilayah nusantara. Di Kalimantan Barat saja,
Jepang membunuh sekitar 21 ribu. Entah apa alasanya padahal bukan dalam situasi
perang. Sementara peperangan dengan orang Eropa di Surabaya membunuh sekitar 20
ribu orang.
Paska PD 2 masih banyak
kisah memilukan tentang keberingasan sapiens untuk menegakan eksistensinya
dengan menyingkirkan sesama sapiens. Di Iran, Irak, Suriah, Afghanistan,
Palestina dan negara-negara di benua Afrika. Narasi yang dibuat oleh sapiens
untuk membenarkan keberingasannya macam-macam: kolonialisme, nasionalisme,
kemerdekaan, demokrasi, revolusi, dsb. Jutaan sapiens tewas dibunuh hanya
karena narasi-narasi yang direka-reka oleh sapiens.
Baca juga: Bangsa Indonesia Tidak Akan Pintar dan Makmur, Kok Bisa?
Masa Depan Sapiens
Di abad 21, kemampuan
Sapiens dalam mengelola api sudah jauh lebih canggih. Mereka sudah mampu
membuat mesin-mesin super kecil yang pintar.
Mereka juga sudah bisa membuat alat yang dapat menyamai bahkan melampaui
kecerdasan sesama sapiens dan alat itu dipasang pada manusia yang terbuat dari
logam. Maka lahirlah species manusia baru yang kita sebut saja dengan Sapiens
logam.
Di kepala Sapiens logam
itu dipasang komputer canggih yang terinstal kecerdasan buatan (AI). Maka ia
bisa berpikir jauh lebih cepat dari manusia biasa. Ia juga bisa berjalan,
berlari, dan tak lama lagi bisa terbang bahkan menghilang sambil membawa senapan
atau bom penghancur massal.
Sapiens logam itu juga
bisa membawa ribuan serangga logam yang bisa terbang dan bisa membunuh manusia
di kamar-kamar sesama sapiens tanpa perlu merusak bangunan.
Sapiens logam ini tak
punya rasa kemanusiaan. Ia hanya melakukan apa saja yang diperintahkan
kepadanya, termasuk menghabisi semua orang tanpa tersisa sebagaimana yang
pernah dilakukan selama ribuan tahun lamanya.
Sapiens logam itu bukan
fiksi, ia sudah ada. Bahkan bisa jadi sudah diproduksi massal dengan jumlah
yang menyamai populasi para tentara.
Kelak, entah berapa
ratus juta yang akan menjadi korban. Yang pasti akan melebihi korban perang di
era-era sebelumnya. Dan para manusia tak akan bisa menakut-nakutinya dengan
norma dan hukuman, karena sapiens logam tak punya perasaan.
Mengerikan!
Baca juga: Ai, Pisau Dengan Dua Bilah.
Penulis: Beni Sulastiyo, ptk