Menarik mengamati perang dagang antara Amrik VS
China, khususnya di balik fenomena peluncuran platform Deepseek. RRC untuk
sementara jadi the winner!

Menurut saya, strategi negeri tirai bambu itu keren.
Gimana tidak, bisa-bisanya negara sebesar Amerika Serikat terguncang, hanya
dengan meluncurkan Deepseek. Gimana ceritanya?

Sebagai informasi, Deepseek adalah sebuah platform
AI. Platform ini dikembangkan oleh sebuah perusahaan IT yang masih ‘bau kencur’
yang berbasis di RRC.

Dampak dari peluncuran platform AI tandingan ChatGpt
itu, perusahaan-perusahaan teknologi di Amrik pun kehilangan uang sebesar
16.000 trilyun hanya dalam beberapa hari. Dunia bisnis di Amerika pun
berkontraksi, karena perusahaan-perusahaan berbasis teknologi lainnya
ikut-ikutan terguncang.

Wajar jika terguncang. Karena nilai kerugiannya
teramat besar. Setara dengan 6 tahun APBN Indonesia.

Strategi perang dagang di balik peluncuran Deepseek
ini juga sangat unik, sangat berbeda dengan perang dagang konvensional yang
sering diterapkan oleh berbagai negara di dunia selama ini, seperti melakukan
boikot, membuat regulasi yang ketat, dumping, atau menaikan tarif bea impor.
Strategi yang diterapkan oleh Negerinya Xi Jinping ini adalah melalui perang
informasi, yaitu dengan menjatuhkan kepercayaan pemegang saham dari
perusahaan-perusahaan berbasis teknologi di Amrik.

Caranya adalah dengan mempublish informasi tentang
keefisienan dan kehebatan platform AI yang bernama Deepseek yang dibuat oleh
sebuah perusahaan IT di RRC.  Dalam
publikasinya RRC menjelaskan bahwa untuk membuat model AI yang setara dengan
ChatGPT, perusahaan di RRC hanya memerlukan biaya tak sampai 100 milyar rupiah.
Sementara biaya yang dikeluarkan oleh OpenAI, perusahaan yang membuat platform
ChatGPT sebesar 1 trilyun rupiah, sepuluh kali lipat lebih besar.

Tak ayal, informasi ini langsung menggerus
kepercayaan para pemegang saham perusahaan teknologi di Amrik seperti OpenAi,
dan NVIDIA. Merekapun menjual sahamnya. Akibatnya, harga saham perusahaan IT di
Amerika anjlok dan secara otomatis, diiringi dengan anjloknya value
perusahaan-perusahaan teknologi yang bermarkas di Amerika Serikat.

Akibat lanjutannya, rakyatnya Donald Trump yang
sudah kadung membeli saham perusahaan-perusahaan itupun histeris karena
kehilangan fulus. “Damn it!”

Bagi saya, peristiwa perang dagang di balik
peluncuran Deepseek ini memberikan banyak pelajaran menarik. Salah satunya
adalah tentang kecerdasan RRC dalam memahami kelemahan sistem ekonomi
kapitalisme liberal. Bahwa,hanya dengan modal sepuluh kali lipat lebih kecil
dari biaya untuk membangun platform coretax di kemenkeu RI saja, negara sebesar
Amerika bisa terguncang.

Sejak dulu, orang-orang Asia memang cerdas-cerdas.
Heran juga dengan bangsa kita. Kok malah dikatakan punya IQ setara primata.

Gas elpiji mana gas elpiji?!

*

#lokalberdaya #inisativeimpact #solidaritaslokal

Penulis: Beni S, 4.1.25