Belajar dari Bang Ondos Saragih seorang praktisi bio rehabilitasi lahan-lahan kritis pascatambang. Semoga bermanfaat.

Qodir, kau tahu kenapa Jendral-Jendral tentara yang sudah pensiun punya tanah yang luas sampai ratusan ribu hektar?

Itu karena mereka harus tetap mengopeni mantan pasukannya. Ini kadang yang tak dipahami orang sipil. Dalam organisasi militer ada yang namanya korsa, kau cari sendirilah di internet artinya apa. Jadi tugas seorang perwira lapangan harus sanggup menumbuhkan jiwa korsa pasukan bintara dan tamtama.

Kau bayangkan, kenapa prajurit berani maju di barisan paling depan untuk berperang padahal dia tahu persentase dia selamat dari terjangan peluru itu kecil. Mustahil hanya karena semangat bela negara. Harus ada yang namanya korsa.

Korsa ini semacam perasaan terhormat menjadi tentara dan juga adanya ikatan solid sepenanggungan sesama tentara. Artinya ibarat satu tubuh, jika ada satu tentara yang dilecehkan maka semua tentara akan merasa dilecehkan dan tergerak untuk membela.

Korsa ini dibentuk oleh perwira di lapangan. Makanya loyalitas komando dan sikap berani mati demi pimpinan menjadi bagian dari korsa. Pasukan siap mati demi jenderal.

Menurutmu korsa itu bisa tumbuh dengan tiba-tiba? Tidak! Korsa itu lahir dari proses interaksi pimpinan dan prajurit. Dan sangat berkaitan dengan bagaimana cara Jenderal memperlakukan prajurit.

Kau tahu apa rahasianya membangun korsa?

Caranya memanusiakan manusia. Memanusiakan bawahan. Memanusiakan prajurit. Penuhi hak-hak dasarnya lalu mereka akan berani mati demi pimpinan. Komandan yang baik akan memastikan prajuritnya makan duluan sebelum dia makan. Ini sederhana tapi dampaknya jangka panjang.

Prabowo, Luhut, Hendropriyono itu semua jenderal baret yang waktu jadi tentara aktif membawahi banyak pasukan loyal yang berani mati di garis depan medan tempur. Mereka semua masih mengopeni mantan pasukannnya sampai sekarang. Makanya Jendral baret itu bisnisnya di industri ekstraktif yang menggunakan lahan luas dan cepat dapat uang banyak. Itu karena tanggungannya banyak.

Itu bukan hal baru Qodir, ini sudah terjadi sejak zaman Romawi. Dan organisasi sipil yang sanggup meniru patronasi Jendral – prajurit dengan ikatan korsa itu hanya mafia Italia.

Coba kau baca bukunya Maria Puzo atau tonton filmnya Godfather, atau Godfellas. Itu banyak pelajaran penting bagaimana mafia membangun sindikat organisasinya. Bagaimana membangun subordinat yang berani mati. Coba kau amati, semua mafia itu pasti solid dan loyal ke atas ke bawah.

Seorang “Don” sebutan pimpinan mafia itu paling teruji memperlakukan bawahan. Biasanya Don didampingi Consigliere atau konselor semacam kawan berpikir yang akan memberikan banyak pertimbangan sebelum Don memutuskan sesuatu dengan intuisi dan instingnya.

Intuisi seorang Don itu otoritas merdeka yang tidak dipengaruhi oleh Consigliere. Hasil bentukan alam karena pengalaman hidup. Karena itu dia jadi “Don” meskipun level intelektual Congliere lebih tinggi tapi sulit baginya jadi “Don”. Beda talenta.

Di bawah Don biasanya ada affiliates atau rekanan. Biasanya mafia kecil yang kadang dijadikan proxy atau instrumen untuk memukul orang lain. Jadi seorang Don selalu menghindari berhadapan langsung dengan rival. Don akan merancang rival boneka bagi rivalnya. Sederhananya memukul orang dengan tangan orang lain.

Tapi Don bukan berarti tidak mengorganisir pasukan. Don selalu punya kurir pembawa pesan untuk eksekusi strateginya. Namanya Capo. Nah Capo ini yang akan membereskan urusan di lapangan. Dia yang bawa pesan ke affiliates. Seorang Capo juga membangun rezimnya sendiri. Istilahnya Capo Regime yang berisi tentara atau orang-orang yang bisa melakukan pekerjaan lapangan secara profesional dan bersih.

Jika modus kejahatan yang dieksekusi oleh orang-orang Capo regime terbongkar, biasanya penyelidikan hanya terputus di Capo. Jadi Capo punya norma harus memutus order dari Don.

Dengan struktur dan kultur seperti itu Mafia Italia bisa bertahan sebagai sindikat yang paling bisa meniru korsa tentara. Patronase di Sindikat mafia dan Tentara sepintas mirip-mirip.

Kalau kerja lapangan, seorang mandor juga dituntut membangun korsa pekerja lapangan. Kau perlu belajar membangun korsa dari organisasi tentara dan mafia. Dengan banyaknya masalah di muka bumi ini, maka kerja-kerja kebaikan perlu diorganisir dengan gaya mafia atau tentara.

Kau bisa jadikan itu sebagai salah satu alternatif pendekatan dalam berorganisasi.

Kalau kata Simon Sinek, “if you hire People just because they can do a job, they’ll work for money. But if you hire People who believe what you believe, they’ll work for you with blood, sweat and tears”

Penulis : Qodja