
Mulyono Wujud Pengaruh China di Indonesia Pasca Perang Dunia 2?
Pasca Perang Dunia 2, wilayah nusantara dikontrol
oleh negara-negara pemenang perang, khususnya oleh Amerika, Inggris plus
negara-negara eropa yang beraliansi dengan mereka. Uni Soviet yang saat perang
ikut dalam aliansi, tidak memiliki wilayah jajahan, karena negaranya
berideologi sosialis-komunisme, yang mengharamkan kolonialisme. Bagaimana pengaruh China di Indonesia pasca Perang Dunia 2?, apa hubungannya dengan Mulyono?
Saat PD II berkobar, RRC bergabung dengan Blok
Sekutu bersama Negara tetangganya, Rusia, yang telah berganti nama menjadi Uni
Soviet. RRC di berfokus di Asia menghadapi Jepang, agar tak bisa memasuki
wilayah Uni Soviet. RRC terlibat beberapa kali pertempuran menghadapi tentara
Jepang.
Karena PD II dimenangkan oleh Blok Sekutu, maka RRC
masuk dalam daftar negara pemenang perang bersama Uni Soviet, Amerika, Inggris
dan negara Eropa lainnya.
Namun, RRC bukanlah negara penjajah. Bangsa China
tidak punya tradisi menjajah bangsa lain seperti bangsa-bangsa Eropa. Terlebih,
ideologi negara yang diterapkan oleh RRC saat itu adalah Ideologi Komunis yang
sangat anti dengan Kapitalisme dan penjajahan.
Pasca PD II, terjadi Perang Dingin. Blok Sekutu yang
memenangkan PD II terbelah dua, Amerika Serikat dan negara Eropa Barat melawan
Uni soviet yang berada di Eropa Timur.
Perang Dingin itu terjadi dengan latar perbedaan ideologi. Blok Barat
adalah blok Kapitalisme sementara Blok Timur membawa ideologi sosialis. Blok
Barat menerapkan demokrasi liberal, sementara blok timur menerapkan komunisme
(rezim satu partai).
RRC yang berasas komunis, tentu berada di Blok Timur
bersama Uni Soviet. Aliansi itu dilakukan hingga saat ini.
Perang Dingin dimulai pada tahun 1947 dan berakhir
pada tahun 1991. Perang ini memicu konflik di negara-negara eks koloni yang
baru memerdekakan diri. Terutama di kawasan Asia, Afrika dan Amerika Selatan.
Pada saat terjadinya Perang Dingin, Indonesia
menjalin hubungan mesra dengan Blok Timur. Posisi ini sangat menguntungkan
Republik Indonesia yang sedang dirongrong oleh Sekutu. Blok sekitu ngotot,
mereka tetap menganggap wilayah nusantara adalah milik mereka yang diambil alih
oleh Jepang. Sementara Jepang sudah berhasil dikalahkan.
Di era paska kemerdekaan hingga tahun 65, Uni Soviet
dan RRC banyak membantu Republik Indonesia. Soekarno dan para founding fathers
pun sangat piawai menyiasati situasi merangkul Uni Soviet dan RRC demi
menyelamatkan Republik. Tak ada pilihan!
Saat Soekarno ditumbangkan oleh Soeharto di tahun
65, hubungan mesra antara Republik Indonesia dengan Uni Soviet dan RRC menjadi
renggang. Soeharto beralih dari Uni Soviet dan RRC ke negara-negara Blok
Sekutu.
Di Era Soeharto, negara-negara sekutu banyak
mendapatkan konsesi minyak dan gas bumi. Konsesi terbesar adalah tambang emas
di Papua, yang diberikan kepada Amerika. Untuk mengeksekusi konsesi tambang
itu, Amerika menggunakan perusahaan swasta seperti Exxon Mobile, Chevron, dan
Freeport. Konsesi yang diberikan merata, dari Aceh sampai Papua.
Pasca Lengsernya Soeharto di tahun 1998,
negara-negara pemenang perang berupaya mempertahankan posisinya di Indonesia.
Namun, itu tidak mulus, karena upaya mereka mulai diganggu oleh Uni Soviet yang
pada tahun 1991 berganti nama lagi, kali ini menjadi Rusia, serta sohibnya RRC.
Namun, Amerika menang. Negara itu bisa mengontrol
Indonesia melalui sistem keuangan global dan jaringan pengusaha. Amerika juga
punya jaringan intelektual, jaringan ke aktivis mahasiswa, serta jaringan ke
politisi di Jakarta.
Distabilitas ekonomi dan disabilitas politik yang
terjadi pada masa transisi pasca reformasi, baik saat pemerintahan Habibie, Gus
Dur, Megawati, hingga SBY, tidak terlepas dari pengaruh permainan Amerika.
Demikian pula dengan berbagai undang-undang yang lahir pada masa itu, termasuk
Undang-undang Politik (UU Pemilu, UU Pilkada, UU otonomi daerah, dsb).
Makanya saat itu, banyak istilah asing yang
digunakan. Elektoral- lah, presidensial threshold lah, lalu kandidat, incumbent,
polling, konsituen, debat, koalisi, dsb. Semua berasal dari bahasa
sutradaranya, yaitu Amerika.
Saya menduga RRC mulai “bermain” di Indonesia pada
masa Pemerintahan SBY pertama, dan semakin kencang di masa jabatan SBY yang
kedua.
Saya belum punya waktu untuk mengumpulkan fakta agar
bisa menjelaskan strategi dan cara RRC memainkan pengaruhnya di Indonesia. Tapi
sepertinya RRC banyak bermain di proses penegakan hukum, lobby petinggi parpol
dan jaringan pengusaha overseas yang menguasai 80 persen ekonomi indonesia. RRC
juga mulai menyalurkan investasi di bidang pertambangan,m dan infrastruktur,
sembari memperkuat perdagangan, jasa permodalan. Ada jejak pula bahwa RRC
memberikan dukungan manajemen komunikasi berbasis digital yang sangat mutakhir
untuk mendukung Presiden dalam mengendalikan opini publik di dunia maya, baik
lewat jaringan berita maupun buzzer di medsos.
RRC melakukan penetrasi dari atas ke bawah. Prajurit
andalannya di NKRI adalah Mulyono, yang dipersiapkan sejak dari Solo.
Saat itu Mulyono berhasil dipoles lewat strategi
komunikasi yang sangat massif. Dan berhasil.
Sehingga dari walikota solo, Mulyono tiba-tiba bisa
jadi Gubernur Jakarta lalu Jadi Calon Presiden.
Lewat strategi komunikasi yang di atas rata-rata,
pedagang kayu itu tiba-tiba bisa jadi pakar dalam industri permobilan dan ahli
dalam bisnis startup. Lewat buzzer-buzzer, pengamat got itu tiba-tiba menjadi
ahli dalam pembangunan jalan tol, lalu tiba-tiba bisa membuat rakyatnya saling
caci dan saling maki.
Di ujung masa jabatannya, tokoh yang ahli
memindahkan pedagang kaki lima di solo itu,
tiba-tiba ahli juga dalam memindahkan ibu kota, dalam sekejap mata.
Ruwet.ruwet.ruwet.
#lokalberdaya #inisativeimpact #solidaritaslokal
Penulis: Berkahselaloe, Beni S, 10.2.25
[…] Baca Juga Mulyono Wujud Pengaruh China di Indonesia Pasca Perang Dunia 2? […]